Logo Bloomberg Technoz

Sejarah pun mencatat, aktivitas Sesar Baribis pernah memicu gempa merusak. Pada 1780, sesar bagian timur memunculkan gempa yang mengguncang Jakarta. Sementara pada 1990, wilayah Majalengka juga mengalami kerusakan akibat aktivitas serupa. Fakta-fakta tersebut menjadi pengingat bahwa jalur patahan ini bukanlah ancaman baru.

Studi dari Sri Widiyantoro, Guru Besar ITB, menyebut bahwa Sesar Baribis bagian barat kemungkinan dalam kondisi terkunci. Artinya, akumulasi energi tektonik yang belum terlepas suatu saat bisa menimbulkan gempa besar. Penelitiannya menyatakan bahwa Jakarta Selatan dan sekitarnya adalah kawasan yang patut diwaspadai.

Sesar Baribis Masih Misterius

Walaupun sudah banyak penelitian, Sesar Baribis tetap menyimpan misteri. Profesor geologi asal Jerman, Arthur Wichman, pernah mencatat peristiwa gempa besar pada 5 Januari 1699 yang mengguncang Jakarta dan merusak bangunan. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menduga gempa tersebut dipicu oleh aktivitas sesar Baribis.

Namun, sebagian pakar masih menyebutkan perlunya penelitian lebih lanjut. Sri Widiyantoro menekankan bahwa data lapangan sangat penting untuk membuktikan jalur sesar secara detail. Hal serupa juga diungkapkan oleh Dr. Danny Hilman Natawidjaja dari LIPI. Ia menilai hingga kini belum ada riset yang secara mendalam menjelaskan lokasi dan aktivitas Sesar Baribis di wilayah Jakarta.

Ketidakpastian inilah yang memunculkan banyak pertanyaan. Bagaimana jalur sesarnya di bawah Jakarta? Apakah seluruh segmen aktif, atau hanya sebagian saja? Jawaban dari pertanyaan ini masih memerlukan pengumpulan data seismik dan geologi lebih komprehensif.

Mengapa Jakarta Harus Waspada?

Jakarta berada di kawasan dengan risiko gempabumi menengah, meski jauh dari zona megathrust di selatan Jawa. Ancaman justru datang dari sesar-sesar lokal yang berada di sekitar kota. Sesar Baribis, dengan segmen Jakarta yang melintas di selatan, dianggap menjadi faktor paling berbahaya.

Kepadatan penduduk, infrastruktur padat, dan banyaknya bangunan lama tanpa standar tahan gempa memperbesar potensi kerugian bila terjadi gempa kuat. Bahkan gempa magnitudo kecil bisa menimbulkan kerusakan serius karena efek amplifikasi tanah lunak di Jakarta.

Daryono menambahkan, monitoring BMKG menunjukkan aktivitas kecil berulang di jalur sesar ini dengan magnitudo 2,3 – 3,1. Meski kecil, hal tersebut membuktikan bahwa Sesar Baribis masih aktif dan berpotensi menimbulkan guncangan lebih besar di masa depan.

Pentingnya Data dan Penelitian

Untuk memahami risiko, para ahli menekankan perlunya data sebaran sesar, zona aktif, serta karakteristik sumber gempa. Informasi ini akan membantu analisis bahaya guncangan dan mitigasi. Tanpa data akurat, sulit merencanakan strategi perlindungan bagi masyarakat.

Riset mengenai Sesar Baribis memang sudah dilakukan sejak lama, tetapi hasilnya masih terbatas. Pendekatan terbaru melalui pemetaan geofisika, sensor GPS, dan pemodelan komputer diharapkan bisa menjawab misteri jalur sesar ini. Penelitian mendetail juga diperlukan untuk memperkirakan potensi magnitudo maksimum yang bisa dihasilkan.

Mitigasi dan Kesiapan Masyarakat

Ancaman gempa dari Sesar Baribis menjadi pengingat pentingnya mitigasi. Mitigasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan gedung dengan standar tahan gempa, jalur evakuasi yang jelas, serta edukasi kesiapsiagaan perlu diperkuat.

Sejumlah kota besar di dunia sudah menerapkan sistem peringatan dini berbasis sensor gempa. Jakarta juga membutuhkan langkah serupa agar masyarakat bisa memiliki waktu beberapa detik untuk mengantisipasi guncangan. Meski tidak bisa mencegah gempa, peringatan dini dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Sejarah yang Tak Boleh Dilupakan

Ilustrasi Sesar Baribis (Bloomberg Technoz/Diolah)

Gempa Jakarta 1780, 1699, hingga 1990 di Majalengka menunjukkan bahwa Sesar Baribis bukan ancaman teoritis semata. Peristiwa itu benar-benar terjadi dan meninggalkan catatan kerusakan. Sayangnya, banyak masyarakat yang belum mengetahui sejarah ini.

Minimnya kesadaran membuat mitigasi kerap terabaikan. Padahal, memahami sejarah bencana bisa menjadi langkah awal untuk lebih waspada. Dengan mempelajari catatan lama, para ahli dapat mengaitkannya dengan data modern untuk memperkirakan risiko yang lebih akurat.

Apa yang Bisa Dilakukan Sekarang?

Langkah pertama adalah mempercepat penelitian. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), BMKG, serta lembaga akademis perlu bersinergi dalam mengungkap aktivitas Sesar Baribis. Kedua, pemerintah daerah harus memperketat regulasi bangunan. Setiap konstruksi baru wajib memenuhi standar tahan gempa.

Selain itu, masyarakat perlu diedukasi mengenai langkah penyelamatan diri saat gempa. Latihan evakuasi rutin di sekolah, kantor, dan kawasan publik akan meningkatkan kesiapan menghadapi situasi darurat.

Sesar Baribis adalah ancaman nyata yang tidak bisa diabaikan. Jakarta dan wilayah sekitarnya perlu menyadari risiko ini agar tidak lengah. Gempa mungkin tidak bisa diprediksi kapan terjadi, tetapi kesiapsiagaan dapat meminimalkan korban dan kerugian.

Keberadaan Sesar Baribis, dengan sejarah panjang dan aktivitasnya yang terus terpantau, menjadi alarm peringatan bahwa bencana bisa datang sewaktu-waktu. Kini saatnya beralih dari sekadar perbincangan menjadi aksi nyata dalam mitigasi dan penelitian.

(seo)

No more pages