PGEO menargetkan 2 proyek co-generation awal itu bisa COD pada Desember 2026, dengan kegiatan engineering, procurement, construction and commissioning (EPCC) dimulai Oktober 2025.
“Kami berharap dapat menciptakan sinergi yang tidak hanya memperkuat aspek teknis dan operasional, tetapi juga mendukung percepatan proses power purchase agreement [PPA],” tuturnya.
Di sisi lain, PLN IP enggan berkomentar banyak ihwal potensi kerja sama dari pembentukan usaha patungan bersama dengan PGEO tersebut.
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP Bernardus Sudarmanta beralasan pemegang saham mayoritas usaha patungan itu berada di PGEO.
“Sebaiknya ke PGEO sebagai majority shareholder,” kata Bernardus.
Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) turut mengadopsi teknologi co-generation dalam pengembangan PLTP dengan kapasitas 230 MW pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025—2034.
Teknologi ini memungkinkan panas buangan dari pembangkit listrik, yang biasanya terbuang percuma diubah menjadi energi listrik tambahan.
Beberapa wilayah kerja panas bumi (WKP) yang telah diidentifikasi sebagai lokasi proyek antara lain Lahendong, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kamojang, Sibayak, dan Sungai Penuh.
“Salah satu terobosan yang bisa dilakukan yaitu co-generation yang memanfaatkan steam yang tidak terpakai di model binary cycle," kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi dalam acara temu media di Jakarta, Senin (9/9/2024).
Binary cycle sendiri merupakan salah satu teknologi yang umum digunakan dalam PLTP.
Sistem ini memanfaatkan fluida kerja atau working fluid dengan titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan air, seperti isobutana atau pentana. Fluida kerja ini dipanaskan oleh uap panas bumi, menguap, dan menggerakkan turbin untuk menghasilkan listrik.
Sementara itu, panas yang masih tersisa dalam fluida sekunder dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pemanasan ruangan atau proses industri.
Dengan demikian, co-generation pada PLTP binary cycle memungkinkan pemanfaatan energi panas bumi secara lebih efisien dan menghasilkan listrik serta panas secara simultan.
"Kami optimistis proyek ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan bauran energi dan perlu masuk sebagai list project RUPTL 2024—2033," kata Eniya.
(naw/wdh)
































