Dalam upaya untuk membatasi aliran petrodolar ke kas Kremlin, Brussel akan menurunkan batas harga (price cap) minyak Rusia menjadi US$47,60/barel dari sebelumnya US$60/barel, dan melarang impor produk minyak bumi yang terbuat dari minyak mentah negara tersebut.
Harga minyak Urals diperdagangkan di atas US$58/barel pekan lalu.
Sejauh ini, AS belum bergabung dengan upaya terbaru UE untuk menurunkan ambang batas harga yang membatasi akses ke layanan-layanan utama Barat seperti asuransi dan pengiriman untuk penjualan minyak di atas batas tersebut.
Rusia beradaptasi dengan batasan awal yang diberlakukan pada Desember 2022, dengan membangun armada tanker bayangan yang besar dan menawarkan diskon yang lebih besar kepada pelanggannya.
Permintaan dari Asia dan pasokan Rusia yang terbatas kemungkinan turut mempersempit diskon tersebut, sementara pembatasan Uni Eropa belum berlaku.
“Diskon Urals yang lebih kecil kemungkinan akan menyusul permintaan yang kuat di Asia, khususnya di China karena kilang-kilangnya hanya memiliki eksposur yang kecil terhadap sanksi Uni Eropa karena mereka tidak banyak menjual ke Eropa,” kata Muyu Xu, analis minyak mentah senior di perusahaan riset Kpler.
“Selain itu, pembeli minyak Rusia kurang peduli dengan sanksi Uni Eropa, tidak seperti kekhawatiran mereka yang serius terhadap pembatasan AS.”
Pasokan minyak mentah Rusia juga masih relatif ketat karena produksi negara tersebut sejauh ini tertinggal dari peningkatan kuota produksi yang ditetapkan oleh OPEC+, menurut Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS Group AG.
"Hal itu bisa menjadi faktor yang mengurangi diskon terhadap harga acuan," ujarnya.
Mungkin terlalu dini untuk menilai dampak paket sanksi ke-18 Uni Eropa terhadap Moskwa. Price cap baru akan mulai berlaku pada 3 September, sementara larangan pembelian produk minyak yang terbuat dari minyak mentah Rusia baru akan berlaku pada akhir Januari tahun depan.
Namun, India, yang saat ini merupakan importir minyak mentah Rusia terbesar, sudah berupaya untuk mendiversifikasi pasokan, menurut para analis dan eksekutif kilang.
Jika permintaan dari setidaknya beberapa pembeli India menyusut, hal itu akan memberi klien yang tersisa daya ungkit tambahan untuk menegosiasikan diskon yang lebih besar dari produsen minyak Rusia.
"Saya memperkirakan diskon akan naik lagi mulai 3 September, tetapi mungkin tidak akan terlalu banyak kecuali Eropa telah menemukan cara untuk menerapkannya," kata Ronald Smith dari Emerging Markets Oil & Gas Consulting Partners LLC.
"Eropa dan AS punya alasan untuk memastikan sanksi tersebut tidak terlalu efektif. Menghentikan ekspor Rusia tentu akan menyebabkan harga minyak meroket bagi semua orang."
Namun, jika kekhawatiran akan surplus minyak akhir tahun ini terwujud, hal itu pada akhirnya akan membebani harga global, yang juga akan menekan harga Uralss.
Rusia, yang bergantung pada minyak dan gas untuk sekitar sepertiga pendapatannya, sudah bergulat dengan defisit fiskal yang semakin melebar karena harga minyak mentahnya saat ini di bawah US$69,7 per barel yang semula diproyeksikan dalam anggaran 2025.
Harga Uralss yang dikirim dari pelabuhan Primorsk di Laut Baltik Rusia dan pelabuhan Novorossiysk di Laut Hitam, berdasarkan sistem free-on-board (FoB), rata-rata $58,06 per barel pada hari Jumat, menurut data Argus Media yang dihimpun oleh Bloomberg.
(bbn)
































