Logo Bloomberg Technoz

"Namun, respons Rusia yang sebenarnya terhadap ultimatum Trump akan sama seperti responsnya terhadap semua ultimatum selama 500 tahun terakhir: Enyahlah! Pergilah ke neraka!"

Meski menjaga hubungan dengan Trump penting bagi Putin, pemimpin Rusia itu "tidak ingin berhenti, apalagi di bawah tekanan," kata analis politik yang juga berbasis di Moskow, Andrei Kolesnikov.

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang kini menjabat sebagai wakil ketua dewan keamanan negara, mengatakan Trump "sedang memainkan permainan ultimatum" dan memperingatkan hal itu "merupakan langkah menuju perang" antara Rusia dan AS.

Pasar bereaksi lebih gugup. Rubel terus melemah pada Selasa, melampaui 82 per dolar pada awal perdagangan, setelah turun hampir 3%, akibat pernyataan Trump, ke level terendah sejak pertengahan Mei.

Harga minyak naik di tengah kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan minyak Rusia atau meningkatnya biaya akibat pengalihan aliran minyak. Brent diperdagangkan mendekati US$70 per barel setelah ditutup 2,3% lebih tinggi pada sesi sebelumnya, kenaikan terbesar dalam dua pekan.

Rusia, produsen minyak terbesar ketiga di dunia setelah AS dan Arab Saudi, mengekspor lebih dari 3 juta barel per hari melalui jalur laut saja, dan memasok minyak mentah ke konsumen utama, seperti India dan China.

Gangguan signifikan apa pun dalam pasokan Rusia dalam waktu dekat akan membutuhkan peningkatan pasokan dari produsen utama lainnya dan pengalihan rute minyak yang sudah ada, mengingat pasar global masih ketat di tengah permintaan musim panas yang kuat.

Trump kembali ke Gedung Putih pada Januari setelah berkampanye dengan janji akan segera mengakhiri perang yang kini memasuki tahun keempat.

Namun, rasa frustrasinya memuncak setelah enam panggilan telepon yang diumumkan secara publik dengan Putin tidak menghasilkan kemajuan untuk gencatan senjata. Rusia juga mengintensifkan serangan rudal dan drone ke Ukraina dalam beberapa pekan terakhir, memperkuat persepsi AS bahwa Putin berniat melanjutkan perang.

Trump mengatakan pada Senin, "saya tidak begitu tertarik untuk berbicara lagi" dengan Putin. "Kami berbincang dengan baik, sopan, dan menyenangkan, kemudian orang-orang tewas pada malam berikutnya," ujarnya kepada wartawan saat berkunjung ke Skotlandia.

Namun, media Rusia mengindikasikan skeptisisme di Moskow bahwa Trump akan menindaklanjuti ancamannya untuk menjatuhkan sanksi setelah ia berulang kali menunda keputusan untuk melawan Putin. 

Para pejabat Rusia memandang batas waktu awal 50 hari sebagai penundaan lain yang memberi pasukan Moskow kesempatan bagi untuk mengintensifkan serangan di medan perang dan merebut lebih banyak wilayah di Ukraina pada puncak pertempuran musim panas.

"Entah mengapa, Trump yakin dia adalah penengah dan dapat mengeluarkan ultimatum," kata anggota parlemen senior Rusia, Vladimir Dzhabarov kepada surat kabar Izvestia. "Namun, ultimatum biasanya diberikan pada pihak yang kalah, sedangkan Rusia bukan pihak yang kalah."

(bbn)

No more pages