"Sebenarnya kesempatan bagus jadi kita tidak perlu khawatir sesuai dengan yang sudah kita rencanakan ini akan jadi peluang bagus tinggal faktornya kan ada urusan global urusan geopolitik, nanti kan ada disrupsi logistik dan sebagainya kalau geopolitiknya dunia," ujarnya.
Sebelumnya, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kedekatan Indonesia dengan Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan (BRICS) bukan sesuatu yang menggembirakan bagi Amerika Serikat (AS). Hal ini dianggap berpotensi memperburuk hasil negosiasi tarif antara RI dan AS.
Menyitir laporan terbaru bertajuk Masa Depan Ekonomi Indonesia di Tengah Perang Dagang dan Konflik Timur Tengah, Indef menggarisbawahi Indonesia belakangan cukup aktif untuk berkunjung ke negara-negara anggota BRICS setelah gencatan tarif Presiden AS Donald Trump berlangsung selama 90 hari ini.
“Indonesia akan menerima konsekuensi jika tarif resiprokal [atau bahkan lebih tinggi] diberlakukan sebagai bentuk ketidaksukaan Trump terhadap pergerakan Indonesia di pentas internasional,” sebagaimana dikutip melalui laporan tersebut, dikutip Jumat (11/7/2025).
(ain)
































