Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga emas dunia menguat pada perdagangan pekan lalu. Bagaimana prediksi harga sang logam mulia untuk minggu ini?

Pada Jumat (11/7/2025), harga emas dunia di pasar spot ditutup di US$ 3.354,8/troy ons. Naik 0,92% dibandingkan hari sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, harga emas berhasil membukukan kenaikan 0,6% secara point-to-point

Lantas bagaimana proyeksi harga emas untuk pekan ini? Apakah bisa naik lagi atau malah terkoreksi?

Secara teknikal dengan perspektif mingguan (weekly time frame), emas nyaman di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 63. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 18. Sudah di bawah 20 yang berarti tergolong jenuh jual (oversold).

Sedangkan indikator Average True Range (ATR) 14 hari ada di 141. Menunjukkan bahwa volatilitas harga emas mungkin tidak akan tinggi.

Pekan ini, investor patut waspada karena sepertinya harga emas berisiko turun. Target support terdekat adalah US$ 3.340/troy ons yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di US$ 3.329/troy ons bisa menjadi target selanjutnya.

Target paling pesimistis atau support terjauh ada di US$ 3.217/troy ons.

Adapun target resisten terdekat adalah US$ 3.364/troy ons. Penembusan di titik ini berpotensi mengangkat harga emas menuju US$ 3.405/troy ons.

Target paling optimistis atau resisten terjauh ada di US$ 3.485/troy ons.

Sentimen Penggerak Harga Emas

Pekan ini, ada sejumlah sentimen yang bisa menggerakkan harga emas. Pertama adalah kebijakan perdagangan luar negeri Amerika Serikat (AS).

Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengancam bakal menerapkan tarif bea masuk sebesar 30% atas impor dari Uni Eropa dan Meksiko. Hal ini diungkapkan dalam surat yang diunggah di Truth Social.

“Jika Anda berniat untuk membuka diri dari kebijakan dagang yang tertutup ke AS dan menghapus tarif, kebijakan non-tarif, dan berbagai hambatan dagang, maka mungkin kami akan mengkaji ulang surat ini,” tegas Trump.

Emas adalah aset yang dipandang aman (safe haven asset). Dalam situasi yang bergejolak, biasanya investor akan melirik emas sebagai sarana lindung nilai investasi mereka.

Kedua adalah ekspektasi terhadap arah suku bunga kebijakan, terutama di AS. Pasar meyakini bahwa bank sentral Federal Reserve belum akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat bulan ini. 

Mengutip CME FedWatch, kemungkinan Federal Funds Rate akan bertahan di 4,25-4,5% dalam rapat 30 Juli mencapai 93,3%.

The Fed akan menggelar rapat selanjutnya pada September. Pasar juga menilai potensi penurunan suku bunga acuan makin kecil.

Berdasarkan CME FedWatch, probabilitas penurunan Federal Funds Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4-4,25% dalam rapat 17 September saat ini ada di 59,7%. Lebih rendah dibandingkan posisi seminggu lalu yakni 64%.

Sumber: Bloomberg

Salah satu ancaman terhadap prospek penurunan suku bunga acuan adalah kebijakan tarif. Saat tarif bea masuk naik, maka dikhawatirkan harga barang dan jasa di Negeri Paman Sam akan ikut terungkit. Inflasi pun makin sulit dijinakkan sehingga The Fed belum bisa menerapkan kebijakan moneter yang akomodatif.

“Mungkin kita akan melihat dampak perang tarif ini.. Saya tidak melihat bagaimana The Fed bisa menurunkan suku bunga acuan pada September. Pasar tenaga kerja yang masih solid dan inflasi belum bisa menjadi pembenaran terhadap penurunan suku bunga,” papar Tracy Chen, Portfolio Manager di Brandywine Global Investment Management, seperti dikutip dari Bloomberg News.

Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas kurang menguntungkan saat suku bunga belum turun.

(aji)

No more pages