Logo Bloomberg Technoz

Pasar surat utang RI yang kembali bangkit sulit dilepaskan dari perkembangan di pasar obligasi global. Penurunan tingkat imbal hasil surat utang Amerika, US Treasury, di tengah tak jelasnya arah indeks dolar AS, memperlebar selisih yield dengan surat utang RI. 

Didukung rupiah yang lebih stabil, daya tarik surat utang RI jadi lebih menarik. Selama Juli ini, terlihat para pemodal asing juga mulai agresif berbelanja. 

Melansir data Kementerian Keuangan, selama Juli hingga data perdagangan hari Selasa kemarin, asing telah menambah kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp17,18 triliun dibanding posisi akhir Juni (month-to-date). Posisi asing di SBN saat ini menyentuh Rp935,86 triliun, tertinggi sejak 2 November 2021 silam.

Nilai belanja selama Juli itu membawa nilai net buy asing di SBN sepanjang tahun ini menembus US$3,60 miliar, sekitar Rp58,4 triliun year-to-date.

Animo investor di SBN yang membesar kemungkinan juga karena spekulasi yang menguat terkait peluang penurunan suku bunga acuan, BI rate.

Hal itu terlihat dari gelar lelang sukuk negara (SBSN) awal pekan ini yang menyentuh rekor baru incoming bids hingga Rp40,83 triliun.

Investor banyak meminati tenor pendek dalam lelang sukuk kemarin, sama halnya dengan tren yang terjadi di pasar sekunder. Kemungkinan sebagai bagian dari strategi defensif menghadapi ketidakpastian yang masih besar akibat isu tarif Trump.

"Kelihatannya pasar berekspektasi Bank Indonesia akan memangkas bunga acuan BI rate sebesar 25 bps ke 5,25% untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lesu," kata Lionel Priyadi, Fixed Income and Market Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatannya.

Dalam pernyataan terakhir dalam rapat kerja pembahasan Asumsi Dasar Ekonomi dalam RAPBN 2026, pada pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bank sentral berpeluang kembali menurunkan suku bunga acuan, BI rate, pada tahun ini. Hal tersebut ditujukan untuk menjaga stabilitas serta mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami telah menurunkan suku bunga BI rate Januari dan Mei ke 5,5% dan kami juga masih ada ruang untuk menurunkan suku bunga BI rate ke depan dengan inflasi yang rendah," kata Perry.

Perry menekankan, Bank Indonesia akan bersinergi dengan pemerintah untuk bersama-sama menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. "BI akan mengambil kebijakan-kebijakan moneter yang tidak hanya menjaga stabilitas tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.

 

(rui/aji)

No more pages