Menurut Josua, dengan tarif tetap di level tinggi, ekspor produk Indonesia, terutama sektor-sektor unggulan seperti tekstil, alas kaki, perikanan, mebel, dan komoditas manufaktur lainnya akan menghadapi tantangan besar untuk mempertahankan pangsa pasar di AS.
“Dampak langsungnya adalah menurunnya volume ekspor ke pasar AS, yang pada gilirannya berpotensi melebarkan defisit neraca transaksi berjalan Indonesia secara moderat hingga mencapai sekitar 0,87% dari Produk Domestik Bruto [PDB] pada 2025,” ujar Josua kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (9/7/2025).
Perlu diketahui, tarif untuk produk asal Indonesia pada level 32% lebih tinggi dibandingkan dengan Filipina sebesar 17%, Vietnam sebesar 20%, Malaysia sebesar 25%, dan Korea Selatan sebesar 25%. Namun, tarif Indonesia masih lebih rendah dari Thailand sebesar 36%, Kamboja sebesar 36%, Myanmar sebesar 40% dan Bangladesh sebesar 35%.
Di sisi perdagangan, AS memiliki peran yang cukup strategis bagi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor non-migas Indonesia ke Negeri Paman Sam sepanjang Januari-Mei adalah US$ 12,11 miliar.
Angka itu setara dengan 11,42% dari total ekspor non-migas Indonesia. AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar kedua bagi Indonesia, hanya kalah dari China.
Beberapa komoditas yang banyak diekspor Indonesia ke AS di antaranya adalah kopi Sepanjang Januari-April, nilai ekspornya adalah US$ 128,25 juta. AS menjadi negara tujuan ekspor kopi terbesar bagi Indonesia.
Kemudian ada tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah. Selama 4 bulan pertama 2025, nilai ekspor komoditas ini adalah US$ 19,96 juta. AS menjadi negara tujuan ekspor ketiga terbesar, setelah Iran dan China.
Indonesia juga banyak mengekspor lada putih ke Negeri Adidaya, Pada Januari-April, nilainya adalah US$ 6,53 juta. AS adalah negara tujuan ekspor lada putih kedua terbesar setelah Vietnam.
Minyak kelapa sawit juga menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia ke AS. Nilainya mencapai US$ 574,04 juta per Januari-April. AS menjadi negara tujuan ekspor ketiga terbesar setelah China dan Pakistan untuk komoditas ini.
Masih dari sektor pangan, kepiting diolah dan diawetkan juga adalah komoditas yang banyak diekspor Indonesia ke AS. Pada Januari-April, nilainya mencapai US$ 95,61 juta, di mana AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar.
Lalu ada makanan ternak, di mana ekspor Indonesia ke AS pada Januari-April bernilai US$ 27,15 juta. Lagi-lagi AS menjadi negara tujuan ekspor nomor 1.
Di sektor sandang, barang tekstil lainnya adalah salah satu andalan ekspor Indonesia ke AS. Sepanjang Januari-April, nilainya adalah US$ 25,51 juta dan AS menjadi negara tujuan ekspor utama.
Kemudian pakaian jadi (konveksi) dari tekstil juga menjadi salah satu produk andalan ekspor Indonesia ke AS. Pada 4 bulan pertama 2025, nilainya mencapai US$ 1,27 miliar di mana AS adalah negara tujuan ekspor teratas.
Pakaian rajutan juga menjadi andalan ekspor Indonesia ke AS. Selama Januari-April, ekspor produk ini bernilai US$ 205,85 juta. AS lagi-lagi menjadi negara tujuan ekspor utama.
Sepatu olahraga juga adalah produk andalan Indonesia di pasar AS. Sepanjang Januari-April, ekspor komoditas ini bernilai US$ 524,84 juta dan AS menjadi pasar ekspor terbesar.
Lalu ada alas kaki untuk keperluan sehari-hari, di mana ekspor Indonesia ke AS bernilai US$ 312,83 juta. AS menjadi negara tujuan nomor 1.
Sementara itu, kayu lapis juga adalah komoditas yang banyak dijual ke AS. Pada Januari-April, nilai ekspor produk ini adalah US$ 141,25 juta dan AS menjadi pasar terbesar bagi Indonesia.
Kemudian ada produk barang bangunan dari kayu, yang nilai ekspornya ke AS selama Januari-April adalah US$ 48,24 juta. AS masih menjadi negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Mainan anak-anak juga menjadi produk andalan Indonesia di pasar AS. Pada Januari-April, nilai ekspornya adalah US$ 72,92 juta dan AS menjadi pasar teratas.
(lav)





























