Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta -Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperingati pemerintah untuk tidak terlalu 'jor-joran' dalam memberikan insentif bagi kendaraan berbasis listrik atau electric vehicle (EV).

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mengatakan, peringatan tersebut dilakukan guna menghindari Indonesia merasakan fenomena seperti di Thailand yang hingga saat ini mengalami disrupsi imbas pemberian subsidi EV.

"Betul [sebaiknya pemerintah jangan terlalu jor-joran memberikan insentif ke EV]. Karena kan kebanyakan belakangan ini diimpor dalam bentuk CBU [completely built-up/bentuk utuh]," ujar Kukuh saat dihubungi, belum lama ini.

Kukuh mengatakan, Thailand saat ini juga tengah mengalami penurunan pasar otomotif yang cukup dalam hingga mencapai 25% dari penjualan sepanjang 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Penurunan tersebut juga membuat negara itu tersalip dari Malaysia menjadi posisi ketiga dari pasar otomotif domestik terbesar di kawasan Asia Tenggara. Negeri Jiran kini berada di posisi kedua, setelah Indonesia yang masih memimpin.

"Ini menjadi catatan kita tersendiri, kenapa Thailand bisa terpuruk? Nampaknya dia terlalu bersemangat untuk memperkenalkan mobil listrik," tutur Kukuh.

Efek Berlanjut

Kukuh lantas meminta pemerintah untuk segera merespons fenomena di Thailand tersebut, yang juga dikhawatirkan akan terjadi Indonesia. Jika terjadi, itu juga akan memberikan efek domino yang cukup luas akibat lesunya permintaan.

Kemudian, kelesuan tersebut akan juga berimbas pada pengurangan jam kerja pabrik, yang dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga penutupan pabrik seperti di Thailand.

Dalam fenomena itu, kata dia, sejumlah pabrik merek otomotif ternama seperti Honda, Suzuki, hingga Subaru, kata Kukuh, juga telah tutup.

"Ini yang kan kita tidak inginkan kan. Kita belajar. Padahal Indonesia sama Thailand tuh saling ngintip kebijakannya. Itu yang kita coba sampaikan ke pemerintah. Tolong lah ini perlu, ini udah lampu kuning untuk industri otomotif," kata dia.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya juga sempat mengatakan pemerintah akan mendorong harmonisasi berbagai jenis energi dalam industri otomotif di Indonesia.

Rencana itu juga sebagai respons Indonesia dan belajar dari fenomena Thailand untuk tidak langsung beralih secara penuh dari kendaraan konvensional atau internal combustion engine (ICE) ke EV, yang membuat disrupsi.

"Kita belajar dari industri otomotif di Thailand. Dengan bergesernya dari industri ICE ke industri EV terjadi disrupsi. Jadi ada dua pabrik di sana tutup dari Jepang, sehingga kita tidak boleh ketinggalan untuk mengharmonisasi penggunaan berbagai energi untuk otomotif," ujar Airlangga, medio Mei lalu.

Gaikindo sendiri sebelumnya juga melaporkan penjualan mobil wholesales (dari pabrik ke dealer) di Indonesia sepanjang Mei tahun ini tercatat sebanyak 60.613 unit, mengalami penurunan hingga 15,1% jika dibandingkan Mei 2024 lalu yang masih sebanyak 71.391 unit.

Meski demikian, total penjualan masih tersebut masih mengalami kenaikan 18,4% jika dibandingkan dari bulan sebelumnya atau April yang hanya mencatatkan sebanyak 51.205 unit.

Sepanjang periode Januari—Mei 2025, total penjualan mobil wholesales juga turun 5,5% yoy menjadi 316.981 unit, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 335.405 unit.

Dengan Asistensi Elisabet Lisa Listiani Putri

(ell)

No more pages