“Akan banyak anggota masyarakat yang akan mempertanyakan bahwa jika fenomena atau isu perkosaan itu hanya rumor, mengapa tidak diklarifikasi pada tahun tersebut. Itu artinya bahwa pada saat itu isu tentang perkosaan tidak terbantahkan,”.
Selain itu, menurut dia, bahwa bangsa kita ini sudah mulai terbiasa untuk menganut pola hidup “Speak with data”. Jadi tentunya apa yang diberitakan pada waktu itu bukan sekedar rumor atau hoax.
“Apalagi pada saat itu fenomena menyebarkan berita hoax belum biasa,”.
Klarifikasi Fadli Zon soal Perkosaan Massal 1998
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon memberikan klarifikasi soal pernyataanya yang membantah bahwa peristiwa pemerkosaan massal tahun 1998 tidak ada bukti.
Dia menegaskan bukan dalam rangka menyangkal keberadaan kekerasan seksual, melainkan menekankan bahwa sejarah perlu bersandar pada fakta-fakta hukum dan bukti yang telah diuji secara akademik dan legal.
“Penting untuk senantiasa berpegang pada bukti yang teruji secara hukum dan akademik, sebagaimana lazim dalam praktik historiografi. Apalagi menyangkut angka dan istilah yang masih problematik,”kata Fadli dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (16/6).
Fadli menambahkan bahwa istilah massal Istilah ‘massal’ menurutnya juga telah menjadi pokok perdebatan di kalangan akademik dan masyarakat selama lebih dari dua dekade, sehingga sensitivitas seputar terminologi tersebut harus dikelola dengan bijak dan empatik.
Demikian pula, kata Fadli, laporan TGPF ketika itu hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian atau pelaku.
(dec/spt)






























