Logo Bloomberg Technoz

Sell in May and Go Away Jadi Kenyataan, Investor Asing 'Minggat'

Muhammad Julian Fadli
30 May 2023 14:22

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pepatah "Sell in May and Go Away" kembali menjadi perbincangan hangat dalam perdagangan saham setiap bulan Mei. Fenomena ini mencerminkan kecenderungan investor untuk menjual saham mereka guna menghindari kemungkinan penurunan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pepatah tersebut merupakan strategi investasi yang berbeda dengan pendekatan dan metode lainnya. Strategi ini tidak bergantung pada fundamental perusahaan, ataupun juga teknikal. Sebaliknya, SMGA didasarkan pada faktor musiman atau "Seasonal Strategy".

Secara sederhana, SMGA menyarankan untuk menjauhi pasar saham pada rentang waktu tertentu, khususnya bulan Mei. Adapun alasan di balik strategi ini adalah asumsi bahwa rentang waktu tersebut didominasi oleh sentimen negatif.

Data Historis Indeks Harga Saham Gabungan Mei (Bloomberg Seasonality)

Berdasarkan data Bloomberg, berkaca dari sejarah IHSG sepanjang Mei bergerak konsisten pada zona merah, dengan mencatatkan rata-rata pelemahan mencapai 1,02%. 

Pada Mei 2022 IHSG terkontraksi 1,11%, bersamaan dengan 2021 juga minus 0,8%. Namun pada 2020 IHSG sempat menguat 0,79%.