Pada Senin lalu, militer Israel menyita sebuah kapal bantuan yang menuju Gaza dan membawa aktivis lingkungan Greta Thunberg bersama sekitar selusin aktivis lainnya. Tindakan tersebut merupakan bagian dari penegakan blokade ketat Israel terhadap wilayah Palestina, yang diperketat selama konflik Israel-Hamas. Thunberg kemudian dideportasi oleh otoritas Israel pada Selasa.
Para aktivis di kapal tersebut memulai perjalanan mereka sebagai bentuk protes terhadap kampanye militer Israel di Gaza — salah satu perang paling mematikan dan destruktif sejak Perang Dunia II — serta terhadap pemblokiran bantuan kemanusiaan. Para ahli telah memperingatkan ancaman kelaparan bagi lebih dari dua juta warga Gaza jika blokade tidak segera dicabut dan serangan Israel tidak dihentikan.
Hingga Rabu malam, belum jelas apakah anggota konvoi telah berhasil melintasi perbatasan ke Mesir. Namun, Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan bahwa seluruh delegasi asing diwajibkan memperoleh izin terlebih dahulu sebelum mengunjungi wilayah perbatasan dekat Gaza, termasuk Kota Arish dan perlintasan Rafah.
Prosedur regulasi mencakup permohonan visa atau izin kunjungan melalui kedutaan besar Mesir di luar negeri, atau melalui kedutaan besar negara asal di Kairo, serta pengajuan resmi kepada Kementerian Luar Negeri Mesir.
“Mesir menegaskan bahwa tidak ada permintaan atau undangan yang akan dipertimbangkan ataupun direspons jika diajukan di luar kerangka ketentuan regulasi dan mekanisme yang telah ditetapkan,” demikian bunyi pernyataan resmi tersebut.
(del)































