Anand Krishnamoorthy - Bloomberg News
Bloomberg, Bursa saham Asia diperkirakan menguat pada Senin (9/6/2025), didorong oleh data ketenagakerjaan positif dari Amerika Serikat (AS) yang meredakan kekhawatiran resesi, serta dimulainya kembali perundingan dagang antara AS dan China.
Kontrak indeks saham berjangka di Jepang dan Hong Kong menunjukkan potensi kenaikan moderat, menyusul penutupan indeks S&P 500 pada Jumat lalu di level tertingginya sejak Februari. Sementara itu, kontrak saham AS turun tipis 0,1% pada awal perdagangan Asia. Nilai tukar yen naik tipis, sementara harga emas menguat 0,2%.
Pertumbuhan lapangan kerja di AS memang melambat pada Mei dan angka dua bulan sebelumnya direvisi turun, namun laporan ketenagakerjaan yang dirilis Jumat sedikit melampaui ekspektasi analis, mendorong optimisme di pasar saham. Ketegangan dagang antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping juga tampak mereda, setelah kebuntuan terkait mineral penting berhasil dipecahkan, membuka jalan bagi dialog lanjutan.
Data menunjukkan nonfarm payrolls meningkat sebanyak 139.000 pada Mei, setelah revisi turun sebesar 95.000 untuk dua bulan sebelumnya. Tingkat pengangguran tetap di 4,2%, sementara pertumbuhan upah menunjukkan percepatan.

Angka tersebut membantu meredakan kekhawatiran akan penurunan tajam permintaan tenaga kerja, di tengah tekanan biaya yang meningkat akibat tarif dan prospek perlambatan aktivitas ekonomi.
Pasar saham global mengalami rebound setelah dua bulan penuh gejolak. Indeks S&P 500 mencatat kenaikan untuk kelima kalinya dalam tujuh minggu terakhir. Indeks saham di Asia dan Eropa juga telah menguat tujuh kali dalam delapan minggu terakhir.
Sementara itu, negosiator dari AS dan China dijadwalkan memulai putaran kedua perundingan dagang di London pada Senin, yang menjadi pembicaraan pertama sejak Trump dan Xi berhasil memecah kebuntuan. Hal ini menumbuhkan harapan bahwa dua ekonomi terbesar dunia ini dapat menurunkan ketegangan terkait dominasi China atas ekspor mineral langka (rare earth).
Sebelumnya, kedua negara saling menuduh telah melanggar kesepakatan yang dicapai pada Mei di Jenewa, tempat keduanya mencoba meredakan perang dagang. Sejak Trump kembali menjabat, hubungan bilateral semakin memburuk dan menambah ketidakpastian bagi dunia usaha dan investor.
Menjelang pembicaraan, China telah menyetujui beberapa izin ekspor mineral langka. Boeing C. juga kembali mengirimkan pesawat komersial ke China untuk pertama kalinya sejak awal April, menandakan dimulainya kembali aliran perdagangan.
Perhatian pelaku pasar pekan ini juga akan tertuju pada penjualan obligasi pemerintah AS. Departemen Keuangan AS dijadwalkan melelang obligasi tenor 30 tahun senilai 22 miliar dolar AS pada Kamis mendatang, sebagai bagian dari jadwal penerbitan rutin. Hal ini dilakukan di tengah penolakan investor global terhadap utang jangka panjang pemerintah.
Investor juga akan mencermati rilis data inflasi AS minggu ini.
Dalam perkembangan terpisah, tim negosiator dagang AS yang sedang berada di India memperpanjang masa kunjungan mereka, menurut sumber yang mengetahui hal tersebut. Hal ini mengindikasikan adanya kemajuan menjelang tenggat waktu perjanjian pada Juli mendatang.
(bbn)