“Harga masih so-so ya. Belum tentu juga naik. Akan tetapi, ya mudah-mudahan ini US$15.000/ton bisa naik sedikit demi sedikit. Terus, dan yang paling penting lagi, permintaannya juga agak berkurang untuk NPI [nickel pig iron],” kata Meidy.
“Jadi buat saya worth it saja ya kalau Tsingshan mengurangi [produksi], bukan shutdown total ya, tetapi mengurangi kapasitas produksinya.”
Nikel diperdagangkan di harga US$15.395/ton hari ini di London Metal Exchange (LME), melemah 0,28% dari penutupan hari sebelumnya.
Harga nikel sepanjang 2024 menyentuh rekor terendah dalam empat tahun terakhir setelah sebelumnya diproyeksikan mencapai US$18.000/ton, turun dari perkiraan sebelumnya di level US$20.000/ton, menurut lengan riset dari Fitch Solutions Company, BMI.
Gejala ambruknya harga nikel sudah terdeteksi sejak 2023. Rerata harga saat itu berada di angka US$21.688/ton atau terpelanting 15,3% dari tahun sebelumnya US$25.618/ton. Kemerosotan itu dipicu oleh pasar yang terlalu jenuh ditambah dengan lesunya permintaan.
Penghentian Sementara
Nickel and New Energy Research Director Tsingshan, Lynn, sebelumnya mengonfirmasi kabar penghentian sementara sejumlah lini produksi baja nirkaratnya di Indonesia, yang diduga dilakukan seiring dengan berlanjutnya tekanan harga nikel pada tahun ini.
Lynn mengatakan penyetopan sementara—bukan penutupan — produksi dilakukan di lini produksi canai dingin atau cold roll pabrik baja nirkaratnya yang beroperasi di IMIP.
“Ya, kami telah menghentikan jalur produksi cold rolling,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz.
Bagaimanapun, Lynn menolak untuk mendetailkan lebih lanjut volume produksi baja nirkarat atau stainless steel yang dihentikan sementara oleh Tsingshan di Indonesia.
“Situasi terperincinya tidak bisa kami ungkapkan. Saya tidak bisa bicara tentang produksi kami sendiri, tetapi total produksi di Indonesia [masih] baik-baik saja,” kata Lynn.
Secara umum, lanjutnya, Lynn mengindikasikan produksi dari smelter nikel pirometalurgi atau berbasis rotary kiln electric furnace (RKEF) di Indonesia masih aman untuk tahun ini.
Untuk nickel pig iron (NPI), yang menjadi bahan baku baja nirkarat, Tsingshan memproyeksikan output atau produksi dari Indonesia mencapai 1,74 juta ton pada 2025.
Terpisah, Global Sales Head Eternal Tsingshan Group Ltd Steven Chen mengutarakan margin industri smelter nikel—tidak hanya di Indonesia, tetapi di tingkat global — tengah tertekan, bahkan ada yang mencapai nol dan nyaris nol.
Industri smelter, terangnya, tengah tertekan oleh situasi ketidakpastian global akibat sentimen perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China. Belum lagi, harga nikel terus terpangkas dan menjauhi rekor seperti periode short squeeze pada 2022.
“Kami juga mendengar soal pemangkasan produksi baja nirkarat di Indonesia. Di Morowali juga terjadi pemangkasan kecil. Ini adalah fenomena lazim hari-hari ini, baik di China maupun di Indonesia,” terangnya di sela agenda Critical Minerals Conference & Expo, Rabu (4/6/2025).
Chen menggambarkan harga baja nirkarat di Negeri Panda juga kian rontok. Untuk itu, Tsingshan saat ini lebih fokus untuk mengirimkan produksinya di Indonesia ke pasar-pasar luar negeri lainnya, ketimbang reekspor ke negara asal perusahaan itu, yaitu China.
“Saya pikir pada kuartal I-2025, ekspor ke China mencakup 29% dari total produksi baja nirkarat Indonesia. Ini adalah realisasi terendah dalam, mungkin, bertahun-tahun terakhir,” tuturnya.
Melihat kondisi harga nikel dan baja nirkarat yang bergerak makin melemah, Chen menyebut tidak menutup kemungkinan Tsingshan juga akan merevisi rencana produksi NPI mereka.
“Tentu saja. Seperti saya katakan, margin [industri smelter saat ini] terus menurun, jika dibandingkan dengan beberapa bulan terakhir atau akhir tahun lalu. Perusahaan [smelter] sedang berjuang dengan isu ini. Jadi ya [kami mempertimbangkan pemangkasan produksi NPI].”
Terkait dengan rencana bisnis Tsingshan di Indonesia untuk 2025, Chen menyebut raksasa baja nirkarat terbesar di dunia itu akan memantau perkembangan margin di industri smelter terlebih dahulu.
“Katakanlah jika margin terus menipis, kami akan melihat kemungkinan perluasan pemangkasan atau bahkan penutupan sementara produksi di lini-lini operasi yang kurang prospektif. Menurut saya dalam waktu yang tidak lama lagi. Saya akan memberi kabar lagi nanti,” ujarnya.
(wdh)
































