Dalam setahun terakhir, harga minyak goreng di India melonjak 30%. Tambahan pasokan minyak nabati (yang menjadi bahan baku pembuatan minyak goreng) diharapkan mampu mengendalikan harga.
India adalah importir minyak nabati terbesar dunia, sekitar 60% kebutuhan domestik datang dari impor. India mengimpor CPO dari Indonesia dan Malaysia, minyak kedelai dari Argentina dan Brasil, serta minyak biji bunga matahari dari wilayah Laut Hitam.
“Kebijakan ini (penurunan tarif) adalah win-win bagi dunia usaha dan konsumen. Harga jual di tingkat lokal juga akan menurun karena penurunan pungutan impor,” kata BV Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors’ Association of India, seperti dikutip dari Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Bagaimana proyeksi harga CPO untuk hari ini? Apakah bisa naik lagi atau justru terkoreksi?
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO masih terjebak di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 49.
RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish. Namun RSI CPO tidak jauh dari 50, sehingga bisa dibilang relatif netral.
Akan tetapi, indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 100. Paling tinggi, sangat jenuh beli (overbought).
Sedangkan indikator Average True Range (ATR) 14 hari ada di 88. Menunjukkan bahwa volatilitas harga sedang minim.
CPO yang masih bearish tetapi sudah overbought memberi sinyal bahwa harga kemungkinan turun hari ini. Cermati pivot point di MYR 3.939/ton.
Dari pivot point tersebut, ada risiko harga CPO akan menguji support di MYR 3.918/ton yang menjadi Moving Average (MA) 5. Jika tertembus, maka MA-10 di MYR 3.891/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Adapun target resisten terdekat adalah MYR 4.009/ton. Penembusan di titik ini bisa membawa harga CPO ke arah MYR 4.044/ton.
(aji)
































