Logo Bloomberg Technoz

Skenario pertama, "tarif besar", mengasumsikan tarif perdagangan berbobot rata-rata sebesar 25% yang bertahan dalam jangka waktu lama. Skenario kedua, "tarif kecil", memperkirakan tarif rata-rata 10% dengan negosiasi lebih lanjut untuk menurunkan beban tarif khusus per negara atau sektor.

Dalam kedua skenario, Waller memperkirakan dampak terhadap inflasi bersifat sementara. Namun, ia juga mencatat bahwa tarif akan menaikkan tingkat pengangguran secara bertahap. Meski begitu, menurutnya dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) akan “moderat” jika tarif yang diberlakukan termasuk dalam kategori kecil.

“Perkembangan terbaru dalam negosiasi perdagangan sejak pidato tersebut membuat saya memperkirakan skenario dasar berada di antara dua kemungkinan itu,” kata Waller. Ia kini memperkirakan tarif berbobot rata-rata atas barang impor akan mencapai 15%.

Ekspektasi Inflasi

Waller juga mengabaikan lonjakan dalam ukuran ekspektasi inflasi konsumen pada survei University of Michigan untuk periode lima hingga sepuluh tahun mendatang. Ia lebih memilih mengacu pada ukuran inflasi berbasis pasar dan proyeksi dari para ekonom profesional, yang tidak menunjukkan lonjakan serupa.

Ia menambahkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja yang "kuat" dan kemajuan inflasi menuju target 2% memberi waktu bagi para pembuat kebijakan untuk mengamati perkembangan negosiasi perdagangan.

Mayoritas pejabat Federal Reserve menyatakan bahwa suku bunga saat ini cukup memadai untuk memberi ruang bagi evaluasi lebih lanjut terhadap kebijakan Donald Trump, khususnya tarif, dan dampaknya terhadap ekonomi sebelum melakukan penyesuaian biaya pinjaman.

Waller juga menegaskan bahwa masih ada ketidakpastian besar mengenai besaran akhir tarif yang akan diberlakukan terhadap negara dan sektor tertentu. Pada Jumat lalu, Trump mengumumkan bahwa tarif atas baja dan aluminium akan dinaikkan menjadi 50%, dari sebelumnya 25%.

“Sejauh ini, saya melihat risiko perlambatan ekonomi dan kenaikan pengangguran, serta risiko kenaikan inflasi pada paruh kedua 2025. Namun, semua itu sangat tergantung pada arah kebijakan perdagangan ke depan,” tutup Waller.

(bbn)

No more pages