Kontrak berjangka saham Asia, yang dicatat sebelum penundaan tenggat oleh Trump, mengalami penurunan sejalan dengan pelemahan Wall Street pada Jumat lalu. Kontrak saham Jepang, Australia, dan Hong Kong semuanya tercatat melemah. Di pasar komoditas, harga minyak naik 0,7% sementara emas turun 0,3% pada awal perdagangan Senin.
Menurut Capital Economics, ancaman tarif 50% terhadap Uni Eropa yang diumumkan Trump bisa jadi hanya “taktik negosiasi” dan kemungkinan besar tidak akan menjadi angka akhir tarif dalam jangka panjang.
“Untuk saat ini, kami belum berniat mengubah asumsi dasar kami bahwa tarif terhadap UE akan berakhir di sekitar 10%. Namun hal ini menunjukkan bahwa masih ada risiko, dan jalan menuju kesepakatan bisa sangat berliku,” kata lembaga riset tersebut.
Imbal hasil obligasi AS (Treasury) ditutup hampir tidak berubah pada Jumat setelah sempat melonjak di awal pekan karena kekhawatiran pasar terhadap dampak fiskal dari paket legislasi andalan Trump yang mencakup pemotongan pajak baru. Perdagangan obligasi AS tutup pada Senin karena hari libur nasional.
Para investor kini menantikan rilis data inflasi pilihan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), yaitu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) yang tidak termasuk makanan dan energi. Data untuk bulan April ini dijadwalkan keluar pada Jumat, dengan konsensus memprediksi kenaikan sebesar 0,1%.
Di sisi lain, munculnya tanda-tanda kemacetan di pelabuhan Eropa utara dan sejumlah pusat utama lainnya menimbulkan kekhawatiran bahwa perang dagang dapat memicu gangguan maritim global, yang pada akhirnya bisa mendorong lonjakan biaya pengiriman.
Sementara itu, Kepala Negosiator Dagang Jepang, Ryosei Akazawa, menyampaikan harapannya agar pembicaraan tarif dengan AS dapat diselesaikan sebelum pertemuan antara Trump dan Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba pada bulan Juni. Hal ini menyusul keputusan mengejutkan Trump yang mengizinkan kemitraan antara dua perusahaan baja dari kedua negara.
Pada Jumat lalu, Trump mengumumkan kerja sama antara United States Steel Corp dan Nippon Steel Corp asal Jepang, mengejutkan pasar dengan kesepakatan yang, menurutnya, akan mempertahankan eksistensi perusahaan baja legendaris AS tersebut di dalam negeri. Namun, Trump belum memberikan rincian lebih lanjut. Saham US Steel langsung melonjak 21,2%.
(bbn)































