“Karena kalau investasi pabriknya sih mungkin tidak terlalu besar ya, tetapi kalau ditambah nanti dia akan datangkan sapi hidup dan seterusnya, saya kira cukup besar ya. Kita punya keinginan dalam masa mendatang bisa swasembada susu.”
Menurut Sudaryono, swasembada sektor pangan yang paling menantang diwujudkan adalah untuk komoditas susu dan daging sapi. Mau tidak mau, pemerintah masih harus terus mendatangkan sapi indukan dari luar negeri.
Menantikan sapi indukan impor tersebut berkembang biak, lanjutnya, akan membutuhkan waktu lama.
“Kita kalah cepat sama pertumbuhan penduduk manusia. Jadi kita target dalam 5 tahun ini bisa mendatangkan total 2 juta ekor sapi hidup. Indukan untuk kebutuhan daging dan susu.”
Untuk tahun ini saja, sambung Sudaryono, pemerintah menargetkan impor sapi indukan sebanyak 200.000 ekor.
“Nah, 2 juta sapi hidupnya didatangkan, industri pengelolaannya, kita minta mereka [China] juga siapkan. Sehingga kita secara nasional itu menjadi produk nasional kita, menjadi produksi nasional kita dan menambah kemandirian kita di sektor pangan,” tuturnya.
Mengutip data Kementerian Pertanian, konsumsi susu dan produk susu (dairy) Indonesia pada 2017—2020 adalah 16,29 kg/kapita/tahun.
Di sisi lain, produksi susu domestik belum bisa memenuhi permintaan. Sepanjang 2017—2020, total kebutuhan susu dalam negeri adalah 17,34 juta ton. Dari angka itu, hanya 3,86 juta ton yang mampu dipenuhi produksi domestik.
Artinya, hanya 22,26% dari permintaan susu yang bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Sisanya hampir 80% tentu harus didatangkan dari luar negeri alias impor.
(wdh)































