Logo Bloomberg Technoz

Adapun di pasar surat utang negara, harga obligasi pemerintah bergerak variatif. Mengacu data OTC Bloomberg, yield 2Y hanya bergerak naik sedikit 0,2 bps, sedangkan tenor 10Y turun sedikit di 6,842%.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah memiliki level resistance potensial di Rp16.400/US$ hingga Rp16.380/US$.

Level resistance selanjutnya menarik dicermati pada Rp16.340/US$, yang saat ini makin mendekati resistance psikologis potensial.

Level resistance paling menarik ada di Rp16.300/US$, yang tercermin dari time frame daily dengan keberhasilan break resistance pertama sebelumnya.

Sementara itu, nilai rupiah juga terkonfirmasi ada support Rp16.450/US$ dari posisi saat ini, sementara range support rupiah di antara Rp16.500/US$ sampai dengan Rp16.550/US$.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Rabu 21 Mei 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Menanti BI rate

Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg sampai pagi ini masih memperkirakan Perry Warjiyo dan kolega akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 5,50%, untuk memberi dorongan pertumbuhan ekonomi yang terancam resesi teknikal. 

Stabilitas rupiah yang sudah tercapai sebulan terakhir, dengan penguatan 2,74% dari posisi RDG April dinilai dapat memberikan kepercayaan diri pada Dewan Gubernur untuk melanjutkan pelonggaran moneter.

Pasar masih bertaruh BI akan memangkas bunga acuan, hingga memberi energi pada lonjakan penawaran dalam lelang Surat Utang Negara kemarin.

Nilai incoming bids lelang SUN kemarin menembus rekor tertinggi sejak Agustus 2021, mencapai Rp108 triliun, dipanaskan oleh ekspektasi investor yang membesar akan pemangkasan bunga acuan.

Namun, konsensus itu tidak bulat. Sebanyak 13 ekonom dari 35 yang mengeluarkan prediksi, memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuan untuk kali ketiga setelah terakhir menurunkan 25 bps pada Januari lalu.

Kajian yang dilansir LPEM Universitas Indonesia juga memperkirakan BI rate kemungkinan masih ditahan lagi pada RDG kali ini.

"Inflasi dan stabilitas rupiah baru-baru ini menunjukkan adanya ruang untuk pelonggaran moneter. Namun, masih belum jelas apakah stabilitas ini akan berkelanjutan. Mengingat masih ada risiko eksternal, BI perlu mempertahankan BI rate di 5,75% dan tetap berhati-hati sampai kondisi global menjadi lebih dapat diprediksi," kata Ekonom LPEM UI Teuku Riefky.

Sebaliknya, Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai, urgensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru kian besar di tengah prospek perekonomian global yang suram akibat perang dagang.

(rui)

No more pages