Kepala Federal Reserve St. Louis mengatakan bahwa kebijakan moneter berada dalam posisi yang baik untuk merespons setiap perubahan dalam prospek ekonomi, sambil menekankan bahwa para pejabat harus terus mengawasi ekspektasi inflasi secara ketat.
Musalem mengatakan bahwa The Fed dapat memberikan “respon yang seimbang” terhadap inflasi dan ketenagakerjaan selama pandangan masyarakat Amerika terhadap harga di masa depan tetap selaras dengan target 2% bank sentral.
“Ini adalah saat yang tepat untuk menjaga kepercayaan publik dalam upaya memerangi inflasi,” kata Musalem.
Berbicara kepada wartawan dalam acara terpisah pada hari Selasa, Gubernur Federal Reserve (The Fed) Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa volatilitas di pasar obligasi negara (Treasury) dapat menambah ketidakpastian yang sudah tinggi, namun mencatat bahwa fungsi pasar saat ini tidak berada dalam kondisi yang berisiko.
“Ada banyak ketidakpastian di luar sana, dan karena itu, saya merasa nyaman dengan sikap kebijakan kami yang sekarang,” kata Bostic.
“Menambah lebih banyak ketidakpastian, menurut saya, justru akan membuat saya harus menunda waktu untuk kembali ke posisi yang lebih normal, karena saya pikir akan butuh waktu lebih lama bagi keadaan untuk pulih.”
Dua Skenario
The Fed telah mempertahankan suku bunga tidak berubah sejauh ini tahun ini sambil menunggu untuk melihat bagaimana ekonomi bereaksi terhadap kebijakan baru terkait perdagangan, regulasi, pajak, dan imigrasi. Untuk saat ini, Musalem mengatakan bahwa ekonomi AS terus menunjukkan “kekuatan mendasar.”
Meskipun survei menunjukkan semakin sedikit bisnis yang berencana untuk berinvestasi dan merekrut saat ini, kondisi keuangan seperti pinjaman bank tetap mendukung, katanya.
Musalem mengulangi bahwa ada dua skenario inflasi yang kemungkinan terjadinya sama besar — tekanan harga akibat tarif bisa bersifat sementara atau bisa juga lebih bertahan lama. Jika negosiasi dagang yang berhasil menghasilkan deeskalasi tarif, ekonomi bisa tetap berada di jalur sebelumnya, dengan inflasi yang terus mereda menuju 2%, katanya.
Jika inflasi hanya meningkat sementara, The Fed mungkin bisa melonggarkan kebijakan untuk mendukung pasar tenaga kerja, kata Musalem. Namun, langkah itu juga membawa risiko.
“Berkomitmen sekarang untuk mengabaikan dampak inflasi dari tarif, atau untuk melonggarkan kebijakan, berisiko meremehkan tingkat dan ketahanan inflasi,” katanya.
“Saya percaya bahwa kebijakan sebaiknya memprioritaskan stabilitas harga ketika menghadapi tekanan inflasi yang bertahan lama dan mengancam untuk mengganggu ekspektasi inflasi jangka panjang.”
(bbn)






























