Logo Bloomberg Technoz

Dolar AS diperkirakan makin melemah hingga 5% pada akhir tahun ini seiring dengan langkah investor global yang terus mendiversifikasi penempatan aset dengan mengurangi posisi di aset-aset AS. Hal itu akan menguntungkan mata uang yang jadi lawannya, tak terkecuali rupiah, menurut analis.

Dolar AS menghadapi banyak variabel yang potensial menekan pamornya. Selain karena kinerja ekonomi yang lebih buruk ketimbang perkiraan, terdapat pula sinyal kuat dari Presiden Trump yang lebih suka dolar AS melemah.

Kini ditambah penurunan peringkat utang AS oleh Moody's pada Jumat lalu, seolah memperpanjang daftar alasan untuk menjauhi aset-aset keuangan negeri terbesar itu.

Namun, rupiah masih memiliki faktor penjegal yang bisa membuatnya gagal mengalahkan dolar AS secara lebih baik. Pertumbuhan ekonomi RI terindikasi melemah pada kuartal pertama tahun ini.

Di tengah inflasi yang masih terjaga di batas bawah median proyeksi bank sentral, ekspektasi terhadap penurunan bunga acuan BI rate membesar. Hal itu mungkin akan membatasi ruang penguatan pada rupiah.

"Kami memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan dalam waktu relatif dekat dan cepat," kata Brendan McKenna, Ekonom Wells Fargo Securities, yang memprediksi BI akan menurunkan bunga acuan sebanyak 75 basis poin pada tahun ini.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah melemah terseret sentimen global pemangkasan peringkat kredit AS oleh Moody's. Meski melemah, rupiah masih membukukan kinerja positif sepanjang bulan Mei ini, dengan penguatan 0,8% month-to-date.

Arus masuk modal asing

Pasar keuangan Indonesia relatif tangguh bila menyoal tentang sentimen negatif perang dagang. Kejatuhan IHSG pada awal transaksi usai libur panjang Lebaran karena sentimen tarif Trump pada 8 April lalu, tak perlu waktu lama untuk berbalik arah.

Pasar saham domestik pulih dengan cepat dengan mencatat penguatan 19,52% dari titik terendahnya pada April lalu ketika indeks ambles 9% akibat perang dagang Trump.

Animo asing pun akhirnya membaik. Data Bloomberg mencatat, selama Mei ini, pemodal asing telah mencatat net buy senilai US$ 115,8 juta, sekitar Rp1,90 triliun month-to-date. Pekan lalu menjadi momentum asing berbelanja besar di bursa saham, dengan nilai net buy Rp5,03 triliun.

Adapun di pasar surat utang, asing juga masih positif dengan menaikkan posisi kepemilikan di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp10,14 triliun selama Mei ini sehingga sepanjang tahun ini di pasar fixed income asing mencetak net buy US$ 1,79 miliar.

Sentimen bullish di pasar keuangan domestik akan terjaga momentumnya bila Pemerintah RI bisa memastikan komitmennya menjaga disiplin fiskal di tengah kebutuhan belanja yang besar.

Analis menilai, sentimen terhadap rupiah bisa makin membaik bila penghematan fiskal yang ditempuh Pemerintah RI berlanjut.

"Jika kita melihat pergeseran dalam pengeluaran yang menunjukkan berkurangnya pengeluaran sosial [bansos] dan komitmen lebih kuat pada target fiskal, rupiah mungkin lebih tangguh dan bahkan mampu menutup pelemahan sepanjang tahun ini," kata McKenna.

(rui)

No more pages