Logo Bloomberg Technoz

ESDM: B50 Tak Perlu Bukaan Lahan Sawit Baru, tetapi B60 Butuh

Pramesti Regita Cindy
16 May 2025 15:00

Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah./Bloomberg-Muhammad Fadli
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah./Bloomberg-Muhammad Fadli

Bloomberg Technoz, Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengeklaim Indonesia tidak memerlukan tambahan lahan perkebunan kelapa sawit untuk bisa mengejar target mandatori biodiesel B50 pada awal 2026. 

“Jadi kalau untuk kondisi B50 belum memerlukan tambahan lahan. Jadi ini kami koordinasikan dengan Kementerian Pertanian yang terkait dengan kecukupan bahan baku CPO ini. Kalau kita masuk ke B60 baru ada perlu penambahan lahan,” ujar Yuliot ditemui di kantornya, Jumat (16/5/2025).

Dia meyakini program peremajaan lahan sawit atau replanting saat ini sudah cukup untuk bisa menunjang ketersediaan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) bagi bahan baku B50 ke depannya.

Kalaupun Indonesia terpaksa menambah lahan, dia memastikan luasnya tidak akan terlalu besar untuk menopang program B50.

Dampak implementasi biodiesel B35 hingga B100./dok. Kementerian ESDM

Pernyataan Yuliot sedikit berubah dari yang pernah disampaikannya pada akhir Februari. Saat itu, dia memaparkan Indonesia bakal memerlukan penambahan lahan sawit seluas 2,3 juta hektare (ha) untuk menopang program B50 pada 2026.