“Bagaimana kita produksi pangan dari pondok pesantren, dari pertanian. Kemudian diproses dari yang besar-besar, diekspor. Bagaimana usaha mikro, kecil dan menengah [UMKM] membangun hijab. masa kita hijab impor dari China?,” ujar Perry. 

Kedua, pengembangan ekonomi syariah untuk Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (Ziswaf). Menurut Perry, ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya didorong secara komersial, tetapi juga secara sosial. 

Sekadar catatan, Kementerian Agama mencatat total pengumpulan Zakat, Infak, Sedekah, dan Dana Sosial Keagamaan Lainnya serta wakaf uang secara nasional mencapai Rp26,13 triliun hingga kuartal kedua 2024. Jumlah ini mencatat kenaikan 68,2% dibandingkan tahun sebelumnya.

Ketiga, literasi ekonomi dan keuangan syariah. Maka BI setiap tahunnya mengadakan Festival Ekonomi Syariah hingga Indonesia Sharia Economic Festival. Kedua acara tersebut dinilai merupakan sarana untuk membangun literasi ekonomi dan keuangan syariah serta membangun ekonomi keuangan syariah secara nasional maupun internasional.

(lav)