Logo Bloomberg Technoz

"Namun, dalam keadaan apa pun kami tidak akan menghentikan perang. Kami bisa saja melakukan gencatan senjata dengan durasi yang diketahui, tapi kami akan terus maju."

Komentarnya muncul setelah Hamas membebaskan sandera AS-Israel terakhir yang masih hidup setelah mencapai kesepakatan dengan Washington. 

Kelompok militan ini masih menahan 58 warga Israel lainnya, yang hampir semuanya diculik selama serangan Oktober 2023 yang memicu perang. Kurang dari setengahnya diyakini masih hidup.

Upaya internasional untuk mengakhiri konflik di Gaza—di mana PBB mengatakan krisis kemanusiaan besar sedang berlangsung—diperkirakan akan menjadi agenda pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman pada Selasa (13/5/2025) waktu setempat. 

Sementara itu, para negosiator Israel sedang berada di Qatar, mediator utama Gaza bersama Mesir, di mana Trump akan berkunjung pada Rabu (14/5/2025).

Warga Palestina berduka atas korban tewas dalam serangan udara Israel di rumah sakit Al-Ahli, Gaza, Selasa (18/3/2025). (Ahmad Salem/Bloomberg)

Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 52.000 warga Palestina telah terbunuh dalam perang di Gaza. Sebagian besar wilayah tersebut juga hancur akibat pengeboman Israel dan pertempuran lainnya. Israel telah kehilangan lebih dari 400 tentara dalam pertempuran itu.

Israel mengatakan mereka bersedia mendiskusikan proposal dari utusan Amerika Serikat, Steve Witkoff, untuk kesepakatan, yang mengharuskan Hamas segera membebaskan 10 sandera hidup. Setelahnya, kedua belah pihak akan merundingkan syarat-syarat untuk mengakhiri perang.

Namun, tujuan utama pemerintahan Netanyahu ialah agar Hamas meletakkan senjatanya dan angkat kaki dari Gaza. Hamas, yang menewaskan 1.200 orang dalam serangan terhadap Israel pada tahun 2023, di masa lalu mengindikasikan mereka bisa menyerahkan sebagian pemerintahan, tetapi tidak melucuti senjata.

(bbn)

No more pages