"Pasar cenderung bereaksi berlebihan, dan saat ini arus dana bergerak ke aset berisiko," ujar Ed Al-Hussainy, ahli strategi suku bunga di Columbia Threadneedle Investment. Perusahaannya saat ini lebih memilih menjual obligasi jangka pendek, dengan Al-Hussainy menyebutkan bahwa harga yang lebih menarik untuk tenor dua tahun akan muncul jika pasar memperkirakan kurang dari dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.
Padahal baru bulan lalu, pasar obligasi memperkirakan empat kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar seperempat poin, dengan asumsi The Fed akan kembali melonggarkan kebijakan moneternya mulai Juni karena kekhawatiran bahwa perang dagang akan mengguncang perekonomian AS. Kini, pelaku pasar tampak lebih sejalan dengan proyeksi The Fed pada Maret lalu yang hanya memperkirakan dua kali pemangkasan pada 2025, seiring masih kuatnya pasar tenaga kerja dan kekhawatiran terhadap inflasi yang membandel membuat The Fed cenderung menahan diri.
Dalam sepekan terakhir, muncul pula taruhan yang bertentangan di pasar opsi suku bunga bahwa The Fed tidak akan memangkas suku bunga sama sekali tahun ini. Data CME menunjukkan bahwa minat terhadap opsi put tertentu telah melampaui 275.000 kontrak terbuka.
Pandangan Wall Street mengenai besaran pelonggaran kebijakan The Fed tahun ini mencerminkan ketidakpastian besar di seputar arah kebijakan moneter, dengan prediksi dari para ekonom berkisar dari tidak ada pemangkasan sama sekali hingga 100 basis poin pemangkasan. Beberapa ekonom dari bank-bank besar memperkirakan dua hingga tiga kali pemangkasan tahun ini, dimulai pada Juli atau September.
Ekonom dari Citigroup Inc, misalnya, merevisi proyeksi pemangkasan suku bunga dari Juni ke Juli setelah AS mengumumkan pengurangan tarif impor barang China dari 145% menjadi 30% selama 90 hari. Citi memproyeksikan pemangkasan pada setiap pertemuan The Fed dari Juli hingga Januari, dengan total sebesar 125 basis poin.
(bbn)





























