Logo Bloomberg Technoz

Euro ambruk sore ini, melemah 1,25% terhadap dolar AS. Yen bahkan tergerus nilainya 1,63% seperti ditunjukkan data Bloomberg. Sedangkan franc Swiss melemah 1,53% bersama krona Swedia yang juga ambrol 1,24% nilainya.

Kebangkitan dolar AS sejalan dengan lonjakan indeks saham berjangka AS di mana S&P 500 dan Nasdaq keduanya langsung reli dengan kenaikan hampir 3% sore ini, mensinyalkan adanya reli besar di bursa saham spot pada perdagangan Senin pagi waktu setempat.

Dana global juga berderet keluar dari pasar surat utang AS. Hal itu ditandai dengan kenaikan yield atau imbal hasil US Treasury. Yield UST-2Y naik 8,8 bps sore ini di Eropa, menyentuh level 3,979%. Sedangkan tenor acuan 10Y juga naik 6,1 bps kini di 4,439%.

Emas juga runtuh harganya. Mengacu Bloomberg, di pasar spot ketika pasar Eropa mulai dibuka, harga emas yang dibuka melemah pagi tadi di Asia setelah melemah 0,21% pekan lalu, makin longsor harganya.

Emas diperdagangkan di kisaran harga US$ 3.220 per troy ounce, mencerminkan pelemahan hingga 3,2% dibanding harga hari sebelumnya.

Kejatuhan harga emas, yang makin menjauhi level rekor harga di kisaran US$ 3.500-an pada April lalu, menyusul perkembangan substansial negosiasi dagang antara China dengan AS.

Dua negara ekonomi raksasa itu sepakat untuk menurunkan tingkat tarif yang dikenakan satu sama lain untuk sementara, selama 90 hari ke depan. 

AS sepakat untuk memangkas tarif mereka terhadap barang-barang impor dari Tiongkok dari sebesar 145% menjadi 30%, termasuk tarif yang dikenakan pada fentanil mulai 14 Mei hingga 90 hari ke depan. Sementara Tiongkok juga bersedia menurunkan tarif mereka untuk barang-barang impor dari AS dari sebesar 125% menjadi 10%.

Hal itu disampaikan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dalam taklimat media yang digelar di Jenewa, pagi waktu setempat atau siang waktu Jakarta.

"Kami telah melakukan diskusi yang sangat kuat dan produktif mengenai langkah-langkah maju terkait fentanil. Kami sepakat bahwa tidak ada pihak yang ingin memisahkan diri," kata Bessent, dilansir dari Bloomberg News, Senin siang.

(rui)

No more pages