Kontribusi penerbangan tidak berjadwal kecil. Akan tetapi, pertumbuhannya mencapai 92,89% secara tahunan menjadi US$37,96 juta.
Meski top line positif, namun GIAA masih terbebani oleh beban operasional. Tekanan kian besar lantaran beban keuangan perusahaan masih cukup tinggi.
Beban pemeliharaan misalnya. Angkanya naik 26,10% secara tahunan menjadi US$156,19 juta.
Beban operasional turun 2,46% secara tahunan, tapi angkanya masih signifikan, mencapai US$361,96 juta.
GIAA mampu mencatat kenaikan keuntungan selisih kurs 63,51% secara tahunan menjadi US$12,82 juta.
Namun, angka itu tidak cukup mengkompensasi kenaikan beban keuangan 3,91% secara tahunan yang menjadi US$124,56 juta, sehingga GIAA terpaksa harus kembali mencatat kerugian.
Jadi Sorotan DPR
Anggota Komisi VI DPR RI Iskandar meminta seluruh manajemen penerbangan, termasuk pengeluaran biaya operasional maskapai Garuda Indonesia (GIAA) untuk dilakukan audit oleh auditor independen.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut mengatakan permintaan itu dilakukan guna menambah kredibilitas maskapai pelat merah di mata dunia, yang hingga saat ini kerap menemui permasalahan, termasuk penyelenggaraan haji.
"Kami meminta Garuda sebelum dan setelah [penyelenggaran Haji], harus melakukan audit kontrak secara menyeluruh, [...] baik tentang sewa pesawat atau cost management penerbangan. Ini harus kita lakukan dari audit independen," ujarnya dalam rapat di Kompleks Parlemen di Jakarta, (7/5/2025).
Secara terperinci, permintaan tersebut juga dilakukan lantaran kinerja maskapai tersebut hingga saat ini masih belum menunjukkan pemulihan. Apalagi, sebagian besar operasional maskapai juga berasal dari sewa.
Selain itu, kata dia, Garuda--yang juga kerap menjadi penyelenggara utama penerbangan haji di negara muslim terbesar dunia ini kerap tak maksimal dalam pelayanannya. Klaim itu juga terbukti dari tahun lalu, yang masih terdapat berbagai kendala.
Hal ini, kata dia, dapat berpotensi memperburuk citra maskapai milik negara di mata internasional. Audit tersebut juga diminta sebagai salah satu langkah permintaan Presiden Prabowo Subianto dalam menekan harga tiket pesawat, termasuk biaya haji pada tahun depan.
"Ini harus kita lakukan, agar operasional haji, dan keterbukaan publik yang [pada akhirnya Garuda akan kembali] mendapat kepercayaan," kata dia.
"Ini juga agar juga melepaskan ketergantungan kita ke sewa terhadap pihak asing. Ini reputasi kita. Kita harus mampu punya roadpmap strategi, baik jangka pendek hingga panjang."
(dhf)






























