Ketiga, inovasi dan diferensiasi produk juga dapat menjadi strategi untuk mempertahankan pangsa pasar.
Niko menyebut PTBA sendiri juga akan terus berupaya untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar melalui berbagai strategi komersial yang adaptif terhadap perubahan dinamika pasar global.
“Kami percaya bahwa dengan sinergi antara pelaku industri dan kebijakan pemerintah yang tepat, Indonesia dapat terus menjadi pemain penting dalam pasar batu bara dunia,” tuturnya.
Kebijakan Putin
Vice President, Head of Marketing, Strategy and Planning PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menjelaskan agresivitas Rusia memacu ekspor batu bara ke China dipengaruhi oleh instruksi Presiden Vladimir Putin untuk mencapai target pengangkutan kargo sebesar 180 juta ton ke Timur.
Rusia juga tengah menjalin hubungan diplomatik yang erat dengan China, guna mencari dukungan di tengah banjir sanksi Barat terhadap sektor energi Kremlin.
Menurut data International Energy Forum (IEF), ekspor batu bara Rusia ke China menembus 76 juta ton pada Januari—Februari 2025, rekor tertinggi dalam 4 tahun terakhir periode yang sama.
“Beberapa faktor pendorong ekspor batu bara Rusia ini di antaranya; pertama, sanksi internasional terhadap Rusia. Kedua, hubungan energi Rusia dan China dan juga harga batu bara yang lebih kompetitif,” ujar Audi.
Tak pelak, Audi berpandangan fenomena lonjakan impor batu bara Rusia oleh China tersebut turut berdampak pada ekspor si batu hitam Indonesia.
Hal itu terindikasi dari data Badan Pusat Statistik (BPS) pada kuartal I-2025 yang memperlihatkan penurunan nilai ekspor batu bara sebesar 17,83% year on year (yoy) menjadi US$6,22 miliar. Periode yang sama, volume ekspor batu bara juga turun 4,34% yoy menjadi 91,97 juta ton.
Selain akibat persaingan ketat dengan batu bara Rusia di pasar China, Audi menilai kebijakan harga batu bara acuan (HBA) yang diterapkan sebagai harga minimum dalam transaksi ekspor turut memperberat kinerja penjualan batu bara ke China.
“Terlebih, sebelumnya ada penolakan dari China yang lebih memilih indeks harga yang lebih fleksibel,” ujarnya.
Per April 2025, HBA periode kedua ditetapkan sebesar US$120,20/ton untuk kalor 6.322 kcal/kg GAR. Nilai tersebut jauh berada di atas harga batubara global, seperti Newcastle Coal yang sebesar US$97,5 per ton.
HBA Indonesia bahkan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga batu bara Rusia FOB Baltik (6.000 kcal/kg NAR) yang hanya US$63—US$66 per ton dan batubara steam (5.500 kcal/kg) yang hanya US$100 per ton.
“Sehingga hal ini yang mendorong kekhawatiran terjadi penurunan ekspor batu bara Indonesia ke China,” kata Audi.
(wdh)
































