Shirin Ghaffary-Bloomberg News
Bloomberg, Hampir sepanjang tahun 2024 OpenAI telah berusaha keras untuk mengubah dirinya dari perusahaan nirlaba menjadi berfokus pada bisnis dan menghasilkan laba dan akan lebih menarik bagi para investor - dan melakukan hal tersebut di tengah penolakan keras dari para mantan pegawai, akademisi, dan pesaingnya, termasuk Elon Musk.
Namun pada hari Senin, OpenAI tunduk pada tekanan publik dan sebagian membatalkan rencana konversi perusahaannya. Meskipun perusahaan masih berniat untuk berubah sebagai lembaga nirlaba yang 'lebih ramah terhadap investor', dan mempertahankan cara operasinya seperti saat ini.
Meski demikian, rencana yang telah direvisi bukanlah akhir dari kesepakatan, dan masih belum jelas apakah konsesi OpenAI akan cukup untuk menenangkan para kritikus, regulator negara bagian AS, dan investor, yang tidak semuanya memiliki prioritas yang sama. Ketidakpastian lebih lanjut berisiko memperlambat perusahaan dan membuat para pemangku kepentingan khawatir di saat OpenAI menghadapi persaingan yang semakin ketat di AS dan China.
Bloomberg News melaporkan pada hari Senin malam, OpenAI sejauh ini belum mendapat restu dari pemegang saham utama: Microsoft. Raksasa perangkat software ini ingin memastikan bahwa setiap perubahan pada struktur OpenAI dapat melindungi investasi Microsoft senilai US$13,75 miliar, menurut beberapa orang yang mengetahui masalah ini. Kedua perusahaan masih secara aktif menegosiasikan detailnya.

Sementara itu, Elon Musk, yang turut mendirikan OpenAI satu dekade yang lalu, tampaknya berniat untuk melanjutkan perjuangan hukumnya melawan entitas dibalik ChatGPT ini, karena diduga mengkhianati misi pendiriannya untuk mengembangkan AI agar bermanfaat bagi semua orang.
Marc Toberoff, pengacara Elon Musk dalam proses hukum yang tertunda terhadap OpenAI, mengatakan bahwa pendekatan yang diperbarui “tidak mengubah apa pun.” Sebagai tanggapan, OpenAI mengatakan fakta bahwa Musk, yang menjalankan startup AI saingannya, “terus melanjutkan gugatan tak berdasarnya hanya membuktikan bahwa itu merupakan upaya dari niat buruk untuk memperlambat kami.”
OpenAI juga membutuhkan dukungan dari jaksa agung negara bagian California dan Delaware. Juru bicara Jaksa Agung California, Rob Bonta, mengatakan bahwa Departemen Kehakiman (DoJ) negara bagian tersebut sedang meninjau rencana baru yang diusulkan, sementara Kathy Jennings dari Delaware mengatakan bahwa ia “terdorong” oleh perubahan yang dilakukan oleh OpenAI. “Saya bermaksud untuk meninjaunya agar sesuai dengan hukum Delaware dengan memastikan bahwa hal tersebut sesuai dengan tujuan mulia OpenAI dan bahwa entitas nirlaba tetap memiliki kontrol atas entitas profit,” katanya.
Bagi OpenAI, restrukturisasi yang diusulkan merupakan puncak dari evolusi selama satu dekade atas sebuah laboratorium penelitian nirlaba menjadi perusahaan global dengan rangkaian software AI yang terus berkembang dan diproyeksikan akan menghasilkan pendapatan sebesar US$12,7 miliar pada tahun ini.
Hal ini juga mencerminkan fakta bahwa perjalanan OpenAI untuk membangun AI yang lebih baik jauh lebih mahal daripada yang diperkirakan, mengharuskan perusahaan rintisan ini untuk mengumpulkan dana puluhan miliar dolar AS.
“Kami tak terlalu paham ketika kami memulai, seberapa besar pemenuhan misi kami adalah tentang menempatkan alat AI di tangan orang-orang,” kata CEO OpenAI, Sam Altman, dalam sebuah konferensi pers hari Senin. Struktur baru ini, katanya, memungkinkan OpenAI untuk “bertindak seperti perusahaan biasa ketika diperlukan untuk menjalankan misi tersebut.”

Ketika mencoba melakukan transisi, OpenAI harus mempertimbangkan kepentingan yang berpotensi bersaing dari investor yang ingin memaksimalkan keuntungan mereka dan advokat keamanan yang khawatir tentang perusahaan lebih memprioritaskan keuntungan dan komersialisasi di atas segalanya. Sementara itu, pejabat negara berfokus pada apakah OpenAI memberikan nilai yang wajar kepada lembaga nirlaba untuk sahamnya di entitas nirlaba.
Dalam sebuah surat kepada karyawan, Sam Altman mengatakan bahwa keputusan untuk mempertahankan kendali atas lembaga nirlaba ini diambil setelah berdiskusi dengan para pemimpin tingkat masyarakat dan kantor jaksa agung negara bagian. “Kami berharap dapat memajukan rincian rencana ini dalam pembicaraan lanjutan dengan mereka, Microsoft, dan komisaris nirlaba yang baru saja kami tunjuk,” kata Altman.
Struktur nirlaba yang disederhanakan dianggap lebih menarik bagi para investor. Sebaliknya, OpenAI mengambil pendekatan yang berbeda dengan harapan dapat mencapai tujuan yang sama. OpenAI mengubah divisi nirlaba menjadi perusahaan yang bermanfaat bagi masyarakat - sebuah entitas yang agile mengejar pendapatan meski dengan tujuan untuk memperbaiki masyarakat - dan menghapus batas pengembalian keuangan yang dapat diperoleh investornya. Sebelumnya, setiap keuntungan yang diperoleh investor di atas ambang batas tertentu - 100 kali lipat dari investasi awal untuk investor putaran pertama OpenAI - akan disalurkan ke lembaga nirlaba.
“Ketika kami melihat berbagai pilihan, kami pasti menginginkan sesuatu yang cocok untuk investor, atau setidaknya cocok untuk investor sehingga mereka senang untuk terus mendanai kami sampai pada tingkat yang kami rasa kami perlukan,” kata Sam Altman. Dengan perubahan terbary, SoftBank Group Corp. siap untuk melanjutkan investasi senilai US$30 miliar di OpenAI sebagai bagian dari putaran pendanaan baru.
Yang kurang jelas saat ini adalah saham apa yang pada akhirnya akan dimiliki oleh perusahaan nirlaba tersebut dan bagaimana saham itu akan dinilai. Dalam sebuah posting blog, OpenAI hanya mengatakan bahwa organisasi nirlaba tersebut akan menjadi “pemegang saham besar” di perusahaan yang menguntungkan publik.
Tidak jelas apakah Altman, yang terkenal tidak memiliki ekuitas di OpenAI, akan menerima beberapa dalam struktur baru. Seseorang yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa tidak ada perubahan atau diskusi aktif mengenai masalah ini.
Struktur tata kelola juga masih dalam proses. Di bawah rencana baru, organisasi nirlaba akan memiliki dewan yang terpisah dari organisasi profit, tetapi keduanya akan dibentuk oleh direktur organisasi nirlaba saat ini. Seiring berjalannya waktu, organisasi nirlaba akan dapat memilih anggota dewan untuk organisasi profit.
Tetapi masih ditentukan apakah organisasi nirlaba akan dapat memecat direktur atau eksekutif OpenAI, menurut sumber anonim. Ini adalah detail yang sangat penting, mengingat ini adalah inkarnasi sebelumnya dari dewan nirlaba yang secara singkat menggulingkan Altman sebagai CEO lebih dari setahun yang lalu.

Todor Markov, mantan karyawan OpenAI yang sekarang bekerja di perusahaan saingannya, Anthropic, dan sebelumnya menandatangani amicus brief dalam kasus Elon Musk melawan OpenAI yang mengkritik restrukturisasi, mengatakan bahwa rencana untuk melanjutkan kontrol nirlaba tersebut merupakan “kemenangan bagi pengembangan AI yang bertanggung jawab,” tetapi “detailnya penting.”
“Kami membutuhkan pagar pembatas yang kuat, bukan hanya niat baik,” kata Markov dalam sebuah pernyataan. “Kami akan mengawasi dengan seksama untuk memastikan kontrol ini tetap lebih dari sekadar kata-kata di atas kertas.”
(bbn)