Indeks dolar AS yang kemarin ditutup melemah di bawah 100, pagi ini bergerak stabil di kisaran 99,98.
Pelemahan rupiah berlangsung ketika reli di pasar ekuitas domestik berlanjut pagi ini. IHSG dibuka menguat 0,42% di level 6.860 dan selanjutnya makin bergairah dengan menyentuh level 6.872.
Adapun di pasar surat utang negara, pergerakan harga obligasi pemerintah terlihat stabil. Beberapa tenor pendek, terindikasi bergerak ke atas yieldnya dalam rentang terbatas. SUN-2Y naik tipis 0,06 bps imbal hasilnya kini di 6,431%.
Lalu tenor 5Y juga bergerak sedikit 0,03 bps. Sementara tenor 10Y juga naik tipis 0,08 bps kini di 6,879%.
Hari ini, lelang rutin Surat Utang Negara akan digelar oleh Kementerian Keuangan dengan target penerbitan Rp26 triliun.
Bank Indonesia juga akan mengumumkan laporan terbaru Survei Harga Properti Residensial kuartal 1-2025 yang akan memberi gambaran perkembangan harga properti hunian serta laju penjualan di tengah kelesuan ekonomi pada tiga bulan pertama tahun ini.
Sementara dari luar negeri, Federal Reserve akan memulai pertemuan dua hari FOMC untuk menentukan kebijakan suku bunga acuan bulan Mei.
Spekulasi seputar potensi kesepakatan perdagangan antara AS dengan negara-negara besar seperti Tiongkok, sejauh ini telah meluruhkan pamor dolar AS dan melesatkan mata uang lawannya.
Namun, rupiah terjegal oleh sentimen buruk dari data pertumbuhan ekonomi kuartal 1-2025 yang lebih buruk ketimbang prediksi pasar, mengerek harapan akan pemangkasan bunga acuan oleh Bank Indonesia pada bulan ini.
Secara teknikal setelah menembus level support terdekat di Rp16.480/US$, rupiah berpeluang melanjutkan pelemahan dan akan tertahan di support berikut di Rp16.500/US$.
Apabila kembali break kedua support kuat tersebut, rupiah berpotensi melemah makin dalam ke Rp16.550/US$ sebagai support psikologis.
Jika nilai rupiah terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada pada level di kisaran Rp16.410/US$ dan selanjutnya Rp16.380/US$ hingga Rp16.300/US$ potensial.
(rui)





























