Banyak token dengan kapitalisasi lebih kecil menguat lebih banyak lagi pada hari Kamis, dengan Dogecoin melonjak 4,8% dan Ether naik 3,3%.
Hingga pukul 13.32 waktu Indonesia, Jumat (2/5/2025), Bitcoin berada di kisaran US$96.882 naik 2% dalam 24 jam perdagangan terakhir, namun dalam setahun telah mencatat pertumbuhan 58%.
Jeda ini terjadi di tengah kenaikan di pasar spot dengan permintaan yang diredam untuk derivatif (biasanya digunakan untuk menambah leverage), menunjukkan pergeseran ke arah perdagangan. Sebagai gambaran, harga Bitcoin sebagian besar didorong oleh faktor ekonomi makro seperti inflasi dan tarif.
Produk reksa dana Bitcoin dan Ether yang diperdagangkan di bursa (ETF) meraup lebih dari US$3,2 miliar minggu lalu, dengan iShares Bitcoin Trust ETF (saja melihat arus masuk hampir US$1,5 miliar - yang terbesar tahun ini, data yang dikumpulkan Bloomberg.
Likuidasi dalam taruhan bullish dan bearish pada aset kripto tetap lemah sementara permintaan untuk eksposur naik di pasar opsi telah meningkat dengan call option dengan harga kesepakatan US$100,000 melihat minat terbuka paling banyak di semua tenor, menurut data yang dikumpulkan oleh Coinglass dan Deribit, platform crypto option.
Sejak Trump Dilantik Bitcoin Ambles 10%, Cek Proyeksi Baru BTC
“Sentimen pasar telah bergeser secara luas mendukung perdagangan berbasis momentum yang didorong oleh permintaan spot, karena BTC menembus level yang belum pernah terlihat sejak awal Februari,” kata Chris Newhouse, direktur penelitian di Ergonia, sebuah perusahaan perdagangan DeFi.
“BTC terus bergeser antara korelasi dengan emas dan ekuitas - menyoroti korelasi yang lebih bernuansa dan dinamis dengan faktor makro yang diimbangi dengan momentum jangka pendek dan permintaan spot.”
Pasar kripto mengalami penurunan tajam awal bulan lalu saat Trump mengumumkan tarifnya terhadap beberapa mitra dagang terbesar AS. Investor merotasi modal mereka dari aset digital di tengah lingkungan risk-off, memicu likuidasi yang cukup besar dalam kontrak berjangka kripto.
(bbn)
