Logo Bloomberg Technoz

Namun, sejatinya rupiah bukan hanya terhempas sentimen eksternal. Buktinya, rupiah juga melemah sendirian sepanjang tahun ini ketika mata uang di kawasan Asia kompak bergerak menguat terhadap dolar AS.

Fakta data tersebut berseberangan dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam taklimat media kinerja APBN, kemarin. 

"Movement (pergerakan) nilai tukar rupiah yang melemah mencerminkan dinamika global dan tidak selalu sama atau identik dengan fondasi fundamental Indonesia," ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN Kinerja dan Fakta Maret 2025, Rabu (30/4/2025).

Kinerja rupiah menjadi yang terburuk di Asia selama April dan juga sepanjang tahun 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Nyatanya, rupiah sudah melemah bahkan ketika tensi perang dagang belum menyentuh kulminasi. Rupiah juga tetap melemah di kala indeks dolar AS terpangkas cukup dalam. 

Data menunjukkan, pada April, pelemahan rupiah sempat mencapai lebih dari 4% year-to-date ketika menyentuh level terlemah sepanjang sejarah, di kala indeks dolar AS -biasa disebut DXY- sebenarnya turun 9%. Alhasil, sampai perdagangan terakhir April, rupiah adalah satu-satunya mata uang yang melemah terhadap dolar AS di Asia dalam hitungan year-to-date.

Penting dicatat, sebelum gejolak global meningkat karena tarif Trump yang memanas pada awal April, rupiah sudah kehilangan 2,77% nilainya dan menjadi mata uang terlemah di Asia selama kuartal 1-2025.

Arus keluar modal asing dari pasar portofolio domestik, baik itu saham, surat utang juga sekuritas rupiah (SRBI), menjadi pemicu keruntuhan nilai rupiah.

Data terakhir yang dikompilasi oleh Bloomberg Technoz dari otoritas terkait, selama April lalu terjadi arus keluar modal asing alias outflows senilai Rp61,06 triliun month-to-date sampai data 22 April, hingga membawa rupiah sempat ambles 2% bulan ini.

Pada pekan terakhir bulan lalu, arus modal asing mulai kembali masuk terutama di pasar SBN, sehingga memperbaiki performa rupiah.

Asing tercatat berbelanja SBN hampir Rp12 triliun pekan lalu, sementara terus melanjutkan menjual saham di bursa domestik. Itu yang akhirnya membantu rupiah memperkecil pelemahan selama April dan berhasil ditutup di level Rp16.601/US$.

Melemah terhadap banyak valuta

Pada bulan April, rupiah bukan cuma melemah terhadap dolar AS. Terhadap mata uang negara lain di Asia saja, rupiah juga makin tak berharga nilainya. 

Terhadap yen, misalnya, rupiah melemah 5,84% selama April saja. Lalu terhadap ringgit, rupiah bahkan tergerus 2,94%. Melawan won Korsel dan dolar Taiwan, rupiah juga ambles nilainya 3,73% dan 3,12%.

Sementara menghadapi peso, dolar Singapura serta baht, rupiah juga melemah 2,99%, 2,81% dan 1,8%.

Performa rupiah juga buruk di hadapan mata uang kelompok negara G-10, kumpulan negara-negara maju.

Terhadap euro, rupiah sudah ambles nilainya hingga 5,14%. Sedangkan terhadap poundsterling, rupiah kehilangan nilai hingga 3,19% selama April. Sedangkan menghadapi mata uang tetangga dari Selatan, Australia, rupiah juga mencatat pelemahan 1,79%. 

Adapun bila menghadapi mata uang safe haven, franc Swiss, rupiah paling ambrol dengan pelemahan mencapai 7,03% bulan lalu.

Performa rupiah yang buruk di hadapan banyak mata uang negara-negara di dunia, menunjukkan, makin tak berharganya mata uang Indonesia ini yang bahkan terjadi ketika posisi cadangan devisa per akhir Maret memecah rekor terbesar sepanjang sejarah, di angka US$ 157,08 miliar.

Performa nilai tukar rupiah terhadap mata uang utama dunia dan Asia sepanjang 2025 (Riset Bloomberg Technoz)

Defisit kembar

Sokongan fundamental rupiah memang rapuh sehingga mudah terpeleset ketika terjadi guncangan di sana sini. 

Perekonomian Indonesia saat ini berjalan dengan defisit kembar twin deficit. Kondisi itu menyebabkan pasokan valas mudah ‘menguap’ di kala terjadi guncangan, sehingga rupiah pun ikut goyah.

Defisit pertama adalah transaksi berjalan (current account), yang menggambarkan ekspor-impor barang dan jasa. 

Pasokan valas dari pos ini lebih bertahan lama ketimbang yang pasokan dolar AS yang datang dari investasi portofolio di pasar keuangan (hot money). Dengan kata lain, transaksi berjalan merupakan fundamental penting bagi mata uang sebuah negara.

Berdasarkan data terakhir yang dirilis otoritas, per 31 Desember 2024, transaksi berjalan RI mencatat defisit -0,63% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Defisit kedua adalah fiskal. Di kala Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih defisit, maka pemerintah harus menambalnya dengan menarik utang, terutama adalah dari penerbitan surat utang.

Ketika utang itu datang dari mancanegara, maka kebutuhan valas pemerintah jadi meningkat. Itu membuat rupiah tertekan. 

Data terakhir yang dirilis Kementerian Keuangan, per akhir Maret 2025, APBN mencatat defisit sebesar Rp104,2 triliun atau -0,43% dari PDB.

(rui)

No more pages