Logo Bloomberg Technoz

Pertumbuhan kredit pada Maret melambat, sementara aktiva luar negeri bersih melaju lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.

Bank Indonesia menjelaskan, berdasarkan komponennya, perkembangan uang beredar pada Maret yang cenderung stabil, didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) yang juga melambat sebesar 7,1% dari bulan sebelumnya 7,4%. 

"Perkembangan M1 terutama disebabkan oleh perkembangan uang kartal di luar bank umum dan BPR yang tumbuh 14,2%, meningkat dibanding bulan sebelumnya 10,7%. Juga, karena tabungan rupiah yang bisa ditarik sewaktu-waktu yang tumbuh 6,5% dari sebelumnya," jelas Bank Indonesia dalam publikasi yang dikutip, Jumat (25/4/2025.)

Periode Lebaran Pertumbuhan Uang Beredar Pertumbuhan Uang Beredar Bulan sebelumnya Perubahan (+/-)
Maret 2025 6,1% 6,2% -0,1
April 2024 6,9% 7,2% -0,3
April 2023 5,5% 6,2% -0,7
Mei 2022 12,1% 13,6% -1,5
Mei 2021 8,1% 11,5% -3,5
Mei 2020 10,4% 8,6% +1,8
Juni 2019 6,8% 7,8% -1
Juni 2018 5,9% 6% 0,1

Sumber: Bank Indonesia

Uang Primer Adjusted

BI juga melaporkan perkembangan uang primer adjusted pada Maret yang tercatat tumbuh lebih tinggi. Uang primer (M0) pada Maret lalu naik 21,8% dibanding Februari sebesar 13%.

"Perkembangan itu didorong oleh uang kartal yang diedarkan sebesar Rp1.240,1 triliun atau tumbuh 15,5%, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 9,8%," kata BI.

Selain itu, giro bank umum di BI juga naik 18,1% tercatat sebesar Rp717,8 triliun, dari pertumbuhan cuma 5,1% bulan sebelumnya. Sementara giro sektor swasta di BI tumbuh 386,2% menjadi Rp13,3 triliun dari tadinya tumbuh 181,2%.

"Surat berharga yang diterbitkan BI yang dimiliki oleh sektor swasta atau residen nonbank pada Maret tercatat Rp81,2 triliun, lebih rendah dibanding bulan sebelumnya Rp81,6 triliun," jelas BI.

Sebagai catatan, uang primer juga dikenal sebagai uang inti, biang uang atau "base money," merupakan sumber awal dari semua uang beredar dalam sebuah perekonomian. 

Tarik Simpanan

Data terbaru juga menunjukkan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada Maret mencatat penurunan dengan pertumbuhan hanya 4,7% dibanding bulan sebelumnya yang masih tumbuh 5,6%.

Penurunan DPK itu kemungkinan dipengaruhi oleh peningkatan kebutuhan masyarakat berbelanja untuk keperluan Lebaran. Nilai DPK rupiah, misalnya, melambat dengan pertumbuhan hanya 4,7% dari tadinya 5,9%.

Perlambatan pertumbuhan terutama karena penurunan tajam laju giro yang hanya tumbuh 4,4% dibanding 7,9% pada bulan sebelumnya. Juga, produk deposito yang hanya tumbuh 2% pada Maret setelah bulan sebelumnya 3,4%. Namun, tabungan rupiah masih tumbuh 7,8% dibanding 7,2% pada Februari lalu.

Nasabah perorangan terindikasi melanjutkan pencairan simpanan di deposito. Terlihat dari pertumbuhan deposito perorangan yang terkontraksi 1,3%, membaik dibanding bulan sebelumnya yang tumbuh negatif 4,3%.

Sementara untuk giro perorangan juga terkontraksi hingga 45,1%. Namun, tabungan perorangan masih tumbuh positif 6,4% dibanding bulan sebelumnya 5,2%.

Secara umum, DPK korporasi pada Maret lalu melambat pertumbuhannya dari 12,9% pada Februari menjadi 9,7% pada Maret. Sebaliknya, DPK nasabah perorangan tumbuh 1,1% dari bulan sebelumnya yang mencatat kontraksi 0,9%.

Kredit Makin Melambat

Pada bulan Maret, kredit yang disalurkan oleh perbankan makin melambat dengan pertumbuhan hanya 8,7% dari bulan sebelumnya sebesar 9,7%. Capaian pertumbuhan kredit bank itu jauh dari target tahun ini yang diproyeksikan di kisaran 11%-13%.

Logo Bank Indonesia.

Nasabah korporasi menyumbang perlambatan dengan kredit tumbuh 13,1% dari bulan sebelumnya 15%. Sedangkan nasabah individu, stabil dengan pertumbuhan kredit 4% dari 3,9% pada bulan Februari.

Melihat jenis penggunaan kredit, semua kategori mencatat perlambatan pertumbuhan. Kredit modal kerja misalnya, tumbuh melambat 6,1% begitu juga kredit konsumsi yang tumbuh 9,2%. Hanya kredit investasi yang masih tumbuh double digit 12,6% meskipun juga melambat dibanding bulan sebelumnya 13,6%.

Kredit Properti

Laju pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) juga melambat pada Maret, dengan pertumbuhan 8,9% setelah bulan sebelumnya naik 10,7%. 

Begitu juga kredit kendaraa bermotor serta kredit multiguna yang melambat lajunya dengan pertumbuhan hanya 5,9% dan 9,7%.

Kredit properti secara umum melemah dengan laju hanya 5,9% pada Maret setelah pada Februari tumbuh 7%. Yang perlu jadi perhatian, kredit konstruksi bahkan terkontraksi pada bulan lalu dengan pertumbuhan negatif 0,1%.

Kredit UMKM

Kontraksi juga makin besar melanda perkembangan kredit mikro perbankan. BI mencatat pada Maret, kredit mikro terkontraksi hingga 2,1%, makin dalam dibanding bulan sebelumnya yang negatif 0,9%.

Sementara kredit kecil masih positif dengan pertumbuhan membaik 8,4% dibanding 7,9% pada bulan sebelumnya.

Namun, kredit menengah makin lambat 0,05% dibanding 0,5% sebelumnya. 

(rui)

No more pages