Logo Bloomberg Technoz

"MOU soal Special Economic Zone, [dengan perusahaan Rusia] namanya Far East and Arctic Development Corporation," ujar Anindya. 

Anindya mengatakan, hal yang utama dari pertemuan dengan delegasi Rusia adalah Indonesia mencari pasar untuk berdagang hingga mitra untuk berinvestasi. Terlebih, Rusia - yang dulunya merupakan Uni Soviet - memiliki sejarah panjang dengan Indonesia melalui pembangunan Gelora Bung Karno hingga Rumah Sakit Persahabatan. 

Anindya mengatakan, sampai hari ini nilai ekspor Indonesia ke Rusia adalah US$1 miliar, sementara impornya mencapai US$2,5 miliar. 

Mengutip situs resmi Badan Pusat Statistik, nilai ekspor kumulatif Indonesia ke Rusia adalah US$1,31 miliar pada 2024. Sementara, nilai impor kumulatif dari Rusia ke Indonesia adalah US$2,24 miliar pada 2024. 

"Rusia banyak ekspor, seperti minyak, pupuk, dan berbagai macam produk laut, seperti ikan, krustasea, Kalau dari sisi kita, ekspor palm oil, mesin-mesinan, sampai ke karet, sampai juga alas kaki, dan juga kopi, teh, dan lain-lain," ujarnya. 

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan Rusia juga menjajaki peluang investasi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. 

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan penjajakan investasi tersebut salah satunya terjadi pada Pertemuan Sidang Komisi Bersama ke-13 antara Indonesia dan Rusia pada hari ini, Selasa (15/4/2025). 

Kendati demikian, Dadan mengatakan sejatinya Rusia memang sudah menjajaki peluang investasi sejak dahulu, meski tidak menjelaskan dengan lengkap periode waktunya.

"Iya, tetapi dari dulu sudah, kalau nuklir ke PLTN ya Rusia kan semangat, Amerika Serikat, China, Korea Selatan, kan biasa," ujar Dadan. 

Dadan mengatakan penjajakan peluang investasi untuk PLTN memang memakan proses yang panjang karena keputusannya harus komprehensif dengan mempertimbangkan banyak hal, termasuk regulasi. 

Selain itu, Dadan mengatakan pertemuan hari ini juga menjajaki peluang kerja sama sektor minyak dan gas (migas), meski tidak mengelaborasi dengan lengkap hal yang dimaksud. 

Anindya mengatakan pertemuan hari ini juga membahas beberapa proyek migas. Terlebih, kata Anindya, pertemuan itu juga dihadiri oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri. 

"Tadi dibicarakan beberapa proyek migas, tadi ketika saya duduk di sebelah Pak Simon, saya lihat juga upaya mereka untuk fokus di bidang migas di Indonesia. Memang mereka sangat besar terutama di gas, minyak juga," ujar Anindya.

Saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai proyek yang dimaksud, Anindya mengatakan hal tersebut merupakan ranah PT Pertamina (Persero). Hal yang terang, salah satu percakapannya adalah upaya saling kerja sama di sektor migas dalam bentuk investasi. 

"Dalam bentuknya apa? tentu yang tadi dibicarakan investasi, karena kita mau meningkatkan secara negara, kita ingin meningkatkan jumlah lifting minyak yang tujuannya untuk menghilangkan atau memperkecil subsidi," ujarnya.

(lav)

No more pages