Logo Bloomberg Technoz

BI juga menggeber intervensi besar-besaran selama sepekan ini demi menjaga rupiah agar tak sampai menjebol level psikologis di Rp17.000/US$.

Terburuk di Asia

Rupiah menjadi mata uang terburuk di Asia pekan ini dengan pelemahan 1,4%, disusul oleh rupee yang melemah 0,98%, yuan renminbi 0,54%, yuan offshore 0,42% dan peso 0,27%.

Pada saat yang sama, mayoritas mata uang Asia menguat dipimpin oleh yen yang melesat hampir 3% pekan ini, lalu dolar Singapura 1,9%, baht 1,76%, won 1,58%, dolar Taiwan 1,29%, dolar Hong Kong 0,24% dan ringgit 0,12%.

Sementara indeks dolar AS pada periode yang sama mencatat pelemahan hingga 4,5% hingga sore ini ambles di bawah 100, terendah dalam enam bulan terakhir.

Kejatuhan rupiah yang lebih dalam, terutama karena lag effect libur panjang, ditambah lagi tekanan jual investor asing yang terus berlanjut baik di pasar saham maupun surat utang.

Mengacu data otoritas bursa, investor asing membukukan net sell dalam tiga hari perdagangan pekan ini, mencapai lebih dari Rp5 triliun. 

Sedangkan di pasar surat utang, belum ada data baru yang dirilis oleh Kementerian Keuangan. Terakhir sebelum libur Lebaran, asing mencatat net sell dalam lima hari perdagangan beruntun hingga posisi kepemilikan di SBN anjlok Rp8,64 triliun.

Selama perdagangan pekan ini, arus jual modal asing di pasar SBN kemungkinan juga berlanjut dan membesar, terutama bila melihat lonjakan yield yang dramatis.

Jelang penutupan pasar saham Jumat sore, IHSG menguat 0,5%, meski dalam hitungan pekan indeks masih tergerus 3,5%.

Sementara di pasar SBN, yield 2Y naik 2,7 bps di 6,840%, bersama tenor 5Y naik 3,8 bps di 6,877%.

Tenor acuan 10Y juga naik 2,4 bps kini di 7,065%. 

Dibandingkan posisi pada hari terakhir sebelum Lebaran, yield sudah cukup banyak naik. Tenor 2Y pada 27 Maret lalu yield-nya ada di 6,614%, lalu 5Y ada di 6,743% dan tenor 10Y berada di 7,025%.

(rui)

No more pages