Logo Bloomberg Technoz

Yield Terlalu Sempit, Tekanan Jual Obligasi Rupiah akan Berlanjut

Ruisa Khoiriyah
22 May 2023 10:30

Ilustrasi Obligasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Ilustrasi Obligasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan jual di pasar obligasi rupiah alias Surat Berharga Negara (SBN) kemungkinan akan berlanjut hari ini menyusul selisih yield dengan US Treasury, surat utang Amerika Serikat yang semakin sempit dan membuat SUN tenor 10 tahun dianggap kurang menarik lagi. 

Yield Surat Utang Negara (SUN/INDOGB) tenor 10 tahun pada akhir perdagangan Jumat lalu, bertengger di level 6,40%. Posisi yield itu mengindikasikan selisih dengan yield UST-10 tahun hanya sekitar 274 bps. Yield spread di bawah 300 bps antara UST dengan INDOGB dinilai tidak menarik bagi pemodal asing sehingga mendorong aksi jual pasar obligasi rupiah. 

"Walaupun investor obligasi global sudah lebih tenang setelah pidato pimpinan the Fed, Jerome Powell, yang kembali menegaskan komitmen penghentian kenaikan suku bunga pada bulan Juni, kami memprediksi tekanan koreksi masih berpotensi berlanjut di pasar obligasi karena yield spread INDOGB vs UST 10-tahun yang hanya sebesar 277 bps, lebih rendah dari batas bawah kompetitif di 300 bps," tulis Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatannya Senin pagi (22/5/2023).

Analis memperkirakan yield INDOGB-10 tahun masih akan beranjak naik ke rentang 6,45% hingga 6,55% hari ini. Sedangkan, nilai tukar rupiah berpotensi terkonsolidasi di rentang Rp14.850-14.950 per dolar AS.

Pagi ini mengawali perdagangan Senin (22/5/2023), yield INDOGB-10 tahun naik ke kisaran 6,446% pada pukul 9:20 WIB. Terus naiknya yield INDOGB-10 tahun mencerminkan tengah tingginya tekanan jual di pasar obligasi rupiah.