Logo Bloomberg Technoz

Strategi ini sejalan dengan prinsip investasi yang menekankan pembelian saat harga turun dan bersabar hingga nilai fundamental saham terefleksikan di pasar.

Lo Kheng Hong melihat bahwa meskipun IHSG sedang mengalami tekanan, peluang tetap terbuka bagi investor yang berani mengambil langkah strategis di tengah ketidakpastian.

Net Sell Investor Asing

Tahun 2025 baru berjalan kurang dari dua bulan. Namun, dana investor asing sekitar Rp15 triliun sudah pergi sejak awal Januari kemarin.

Pada perdagangan awal pekan ini saja, ketika Presiden Prabowo Subianto meresmikan pendirian Badan Pengelola Investasi Danantara Indonesia, superholding BUMN yang mengelola aset lebih dari Rp14.000 triliun itu, asing menjual saham dari pasar domestik sebesar Rp3,47 triliun. 

Itu menjadi nilai penjualan saham oleh asing dalam sehari, yang terbesar dalam 8 bulan terakhir, seperti data yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Arus jual saham oleh investor asing yang tak terhenti itu, telah mengantarkan nilai penjualan bersih saham oleh para investor nonresiden sepanjang tahun ini, telah menembus US$ 930,8 juta year-to-date.

Dengan kurs JISDOR BI terakhir di level Rp16.303/US$, nilai penjualan itu setara dengan Rp15,17 triliun.

Penjualan saham oleh pemodal asing di pasar domestik, makin 'menggila' selama Februari ini, nilai net sell telah melebihi Rp11,43 triliun.

Minat asing yang makin kusut terhadap saham-saham dalam negeri, dipengaruhi oleh makin turunnya penilaian para pengelola dana global terhadap pamor saham domestik.

Yang terbaru, Morgan Stanley menurunkan peringkat bagi saham-saham di bursa Indonesia dari 'equal weight' menjadi 'underweight'.

Mengacu Bloomberg, penurunan rekomendasi itu dilatarbelakangi oleh penilaian bahwa tingkat return on equity saham-saham di bursa domestik menunjukkan momentum penurunan terutama karena memburuknya lingkungan pertumbuhan domestik.

Indikator ekonomi Indonesia terkini menunjukkan kurangnya momentum pertumbuhan dan alasan utamanya adalah siklus belanja modal di Indonesia yang 'jauh lebih lemah', menurut Ahli Strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, dikutip Selasa (25/2/2025).

(dhf)

No more pages