Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih nyaman di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 63,3.
RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish. RSI emas juga sudah di bawah 70, yang berarti tidak lagi jenuh beli (overbought).
Bahkan indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 0. Paling rendah, sangat jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, investor rasanya boleh berharap akan kenaikan harga emas. Ada kemungkinan harga akan mengetes target resisten di US$ 2.924/troy ons. Jika tertembus, maka US$ 2.932/troy ons boleh menjadi target selanjutnya.
Adapun target support ada di US$ 2.912/troy ons. Penembusan di titik ini berisiko menyebabkan harga emas rontok menuju US$ 2.895/troy ons.
Faktor Penggerak Harga Emas
Ke depan, beberapa sentimen akan mempengaruhi harga emas. Pertama adalah perdagangan di pasar Exchange Traded Fund (ETF) yang semarak.
Data Bloomberg menyebut pasar ETF emas menikmati arus modal masuk (capital inflow) terbesar sejak 2022 sepanjang pekan lalu.
“Pasar ETF bisa menjadi pengungkit harga emas, di tengah pasar fisik yang melemah karena koreksi teknikal,” sebut Suki Cooper, Analis Standard Chartered Plc, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Kedua adalah ekspektasi arah suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat (AS). Besok malam waktu Indonesia, akan dirilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang menjadi indikator pilihan bank sentral Federal Reserve.
Konsensus pasar memperkirakan laju PCE inti (core) pada kuartal IV-2024 adalah 2,5% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Laju inflasi AS yang sepertinya masih kencang membuat The Fed kemungkinan belum bisa menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Sementara emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan saat suku bunga masih tinggi.
Ketiga, masih dari Negeri Paman Sam, adalah arah kebijakan Presiden Donald Trump. Eks pembawa acara reality show The Apprentice ini baru saja meneken aturan bahwa Kementerian Perdagangan perlu mengkaji tarif bea masuk yang lebih tinggi untuk impor tembaga.
Risiko Perang Dagang pun membayangi perekonomian dunia. Saat situasi tidak pasti, maka akan menjadi sentimen positif bagi emas yang berstatus sebagai aset aman (safe haven asset).
(aji)































