Nantinya, keuntungan itu bisa digunakan membayar deviden termasuk cicilan untuk investasi jika memerlukan barang modal. Tentunya jika semua itu berjalan, kata Airlangga, target tersebut bisa tercapai di atas US$100 miliar. Saat ini saja, Indonesia sudah memiliki US$156 miliar untuk devisa. Angka itu bisa membiayai impor selama delapan bulan.
"Sekali lagi, apa yang dilakukan oleh Bapak Presiden, langkah-langkahnya sudah banyak. Tentunya dampaknya bukan harian, tapi tentu mid to long term dan sekarang ekonomi Indonesia poisisinya relatif kuat," jelasnya.
Ia mengungkap, perbankan Indonesia relatif kuat dengan capital adequacy ratio mencapai 27%, kemudian penyaluran kredit 13%, dan dana pihak ketiga 9%.
"Dengan pondasi yang kuat, banyak program yang bisa dilakukan oleh Bapak Presiden," pungkasnya.
(ain)






























