Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, beberapa mata uang masih tertekan seperti won Korsel yang turun 0,10%, yuan offshore 0,06% serta dolar Singapura dan ringgit yang juga bergerak sedikit lemah 0,01%.
Sementara baht menguat tipis 0,08%, yen 0,07% dan dolar Hong Kong sedikit berubah.
Hari ini, Bank Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur untuk kebijakan bunga acuan. Konsensus Bloomberg sejauh ini masih memperkirakan BI akan menahan bunga acuan di 5,75%.
Namun, sebanyak 14 dari 35 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan BI akan memangkas bunga acuan lagi sebesar 25 basis poin ke level 5,25%. Bahkan ada yang memprediksi BI mungkin akan menurunkan hingga 50 basis poin menyusul berbagai kebijakan Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang berambisi mengerek pertumbuhan ekonomi.
Hawkish Fed
Gubernur Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly mengatakan kebijakan harus tetap restriktif sampai ada perkembangan lebih lanjut terkait inflasi AS. Ia perkirakan inflasi akan terus menurun seiring berjalannya waktu.
"Pada saat ini, kebijakan harus tetap restriktif hingga, dari sudut pandang saya, hingga saya melihat kita benar-benar terus mendapat perkembangan inflasi," kata Daly pada Selasa (18/2/2025) dalam sesi tanya jawab setelah berpidato di Phoenix.
Pernyataan Daly itu menggemakan lagi sinyal yang sudah dilontarkan sebelumnya oleh sejawatnya di bank sentral. Pada intinya, rezim higher for longer akan bertahan lebih lama dan berdampak pada daya tarik aset-aset di emerging market.
Dengan makin tinggi yield Treasury, pamor aset di pasar negara berkembang termasuk Indonesia akan terkikis. Kenaikan imbal hasil surat utang AS, yaitu dengan kini tenor 10Y sudah di 4,56%, mempersempit selisih imbal hasil investasi dengan Indonesia menjadi tinggal 219 basis poin.
Arus keluar modal asing berpotensi berlanjut di pasar surat utang setelah pada 17 Februari lalu, data resmi terakhir yang dirilis Kementerian Keuangan, asing membukukan penjualan SUN senilai US$ 110,2 juta.
Di sisi lain, peningkatan ketegangan di lanskap politik dalam negeri yang memicu aksi protes elemen masyarakat sipil di berbagai tempat mungkin akan membuat para investor menahan diri untuk melanjutkan belanja di pasar saham.
Kekhawatiran yang mulai merebak terkait pembentukan badan investasi kakap, Danantara, akan dicermati oleh pelaku pasar karena itu akan melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN besar termasuk perbankan pelat merah.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah kembali akan melemah, mencermati sentimen yang banyak tidak berpihak, dengan target pelemahan menuju level Rp16.300/US$ yang menjadi support pertama. Target pelemahan kedua akan tertahan di Rp16.370/US$.
Apabila kembali break kedua support tersebut, rupiah berpotensi melemah makin dalam menuju level Rp16.400/US$ sebagai support terkuat.
Jika terjadi penguatan hari ini, resistance menarik dicermati ada di kisaran Rp16.250/US$ dan selanjutnya Rp16.220/US$ hingga Rp16.180/US$.
(rui)


























