Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah bergerak stabil sepanjang perdagangan di pasar spot hari ini, di tengah pergerakan indeks dolar Amerika yang juga stagnan.
Rebound pasar saham domestik memberi sentimen lebih positif, ketika pergerakan imbal hasil surat utang negara cenderung landai.
Rupiah spot pada perdagangan Rabu ditutup menguat tipis 0,05% di level Rp16.367/US$, gagal menembus level penguatan teknikal terdekat di Rp16.350/US$.
Sementara di pasar offshore, rupiah NDF bahkan tertekan lagi di kisaran Rp16.401/US$ pada sore hari ini.
Gerak rupiah di kisaran sempit hari ini, sejalan dengan tren di kawasan Asia. Sebagian besar mata uang Asia bergerak di rentang terbatas di mana ringgit jadi yang menguat terbanyak, meski itu hanya 0,09%. Begitu juga dolar Hong Kong dan peso Filipina masing-masing 0,02%.
Sementara sisanya melemah, terutama yen yang turun 0,74%, dolar Taiwan 0,06%, rupee 0,05%, won dan yuan offshore 0,04%, juga yuan Tiongkok melemah 0,02%.
Indeks dolar AS sepanjang hari ini bergerak stabil di 108,02.
Rupiah yang terbatasi pergerakannya hingga belum mampu keluar dari kisaran Rp16.300-an/US$, terutama karena sikap wait and see investor global menunggu rilis data inflasi AS nanti malam.
Selain itu, rebound IHSG sedikit memberi kelegaan pada pelaku pasar. Indeks saham menguat 1,31% sejauh ini. Adapun di pasar surat utang, seperti terlihat pada data OTC Bloomberg realtime, yield 1Y turun 2,2 basis poin ke level 6,658%.
Namun tenor 5Y dan 10Y masih sedikit naik masing-masing di 6,621% dan 6,829%.
Hari ini, Bank Indonesia mengumumkan laporan Survei Penjualan Eceran edisi Januari.
Kinerja penjualan ritel di Tanah Air terlihat masih kesulitan bangkit tanpa adanya faktor musiman yang bisa mendorong belanja masyarakat di Tanah Air.
Setelah libur Natal dan Tahun Baru berhasil mendongkrak pertumbuhan pada Desember, penjualan ritel diprakirakan terkontraksi lagi pada dua bulan pertama tahun ini.
Penjualan ritel kemungkinan baru akan bangkit memasuki kedatangan bulan Ramadan akhir Februari dan perayaan Idul Fitri pada akhir Maret.
Hanya saja, di tengah kondisi penghasilan yang disinyalir memburuk seperti terlihat dalam hasil Survei Konsumen terbaru yang dirilis sebelumnya, penjualan ritel di puncak musim perayaan tahun ini mungkin akan terjegal lajunya, tak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Konsumen terpantau mengurangi alokasi pengeluaran untuk konsumsi serta mengurangi tabungan. Pada saat yang sama, penghasilan banyak tersedot untuk menutup cicilan utang.
(rui)