Sebagian besar Bursa Saham Asia juga menapaki jalur penguatan. Pada pukul 12.30 WIB siang hari, Hang Seng Index (Hong Kong), KOSPI (Korea Selatan), NIKKEI 225 (Tokyo), Topix (Jepang), Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), SENSEX (India), KLCI (Malaysia), Weighted Index (Taiwan), dan SETI (Thailand), yang berhasil menguat masing-masing 1,24%, 1,05%, 0,67%, 0,65%, 0,63%, 0,47%, 0,43%, 0,15%, dan 0,15%.
Bursa Saham Asia mendapati katalis positif dari kabar Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengungkapkan Pemerintahannya berencana untuk berbicara dengan China, membuka kemungkinan untuk penundaan tarif 10% yang dijadwalkan akan berlaku dalam beberapa jam setelah ia menunda tarif terhadap Kanada dan Meksiko.
Dalam pernyataannya kepada wartawan di Washington pada Senin (3/2/2025), seperti yang diwartakan Bloomberg News, Trump pembicaraan dengan China kemungkinan akan berlangsung “dalam 24 jam ke depan.” Sebelumnya, ia mengumumkan bahwa tarif terhadap China akan diberlakukan mulai pukul 12:01 dini hari pada hari Selasa (4/2/2025).
“Jika kami tidak bisa mencapai kesepakatan dengan China, maka tarifnya akan sangat, sangat besar,” kata Trump.
“Presiden telah menegaskan dengan sangat jelas kepada China bahwa kami tidak akan mentolerir hal itu,” tambahnya. “Dan saya juga ingin menambahkan bahwa banyak tarif Presiden Trump dari masa jabatan pertama masih berlaku.”
Sebelumnya, Trump menunda penerapan tarif terhadap Meksiko dan Kanada selama satu bulan.
Presiden AS telah mencapai kesepakatan dengan Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, untuk menunda tarif. Perdana Menteri Justin Trudeau juga mengonfirmasi bahwa tarif AS terhadap negaranya juga akan ditunda.
Trump mengatakan kepada wartawan bahwa ia memiliki “pembicaraan yang sangat baik” dengan Sheinbaum dan menyebutnya sebagai sosok yang ia sukai.
“Kami sepakat untuk berbicara dan mempertimbangkan berbagai hal lainnya. Kami belum mencapai kesepakatan terkait tarif, bisa jadi iya, bisa jadi tidak, tapi hubungan kami sangat baik,” ujar Trump di Gedung Oval.
David Kelly dari J.P. Morgan Asset Management memperingatkan bahwa investor sepatutnya waspada terhadap potensi perang dagang, yang dapat memicu stagflasi—situasi di mana inflasi dan suku bunga naik, sementara pertumbuhan ekonomi dan laba Perusahaan bakal melambat.
“Sebagian besar pelaku pasar memang mengharapkan adanya ‘Kesepakatan’ untuk menghindari penerapan tarif, mirip dengan yang terjadi di masa pemerintahan Trump sebelumnya,” kata Brad Bechtel, kepala divisi FX di Jefferies.
(fad/ain)





























