Logo Bloomberg Technoz

Pemilu Thailand Dibayangi Generasi yang Kian Muak dengan Monarki

News
11 May 2023 21:31

Potret Raja Vajiralongkorn dan Ratu Suthida Bajrasudhabimalalakshana di Bangkok, Thailand, Sabtu (6/5/2023). (Andre Malerba/Bloomberg)
Potret Raja Vajiralongkorn dan Ratu Suthida Bajrasudhabimalalakshana di Bangkok, Thailand, Sabtu (6/5/2023). (Andre Malerba/Bloomberg)

Patpicha Tanakasempipat dan Philip Heijmans-Bloomberg News

Bloomberg, Kemuakan rakyat atas rezim Monarki Thailand kian kencang dan meluas pada tahun ini apalagi menjelang pemilu pada 2023. Fakta ini tergambar dari aksi seniman grafiti Thailand pada suatu sore di awal Maret yang mencoretkan angka 112 di dinding luar gedung kerajaan Grand Palace yang sedianya sudah putih bagai mutiara itu. Aksi berani seniman bernama Suttawee Soikham yang berusia 25 tahun itu langsung memancing reaksi polisi. Aparat melumpuhkannya ke atas tanah dan kemudian ditahan atas pasal vandalisme. 

Namun ternyata pasal yang menjeratnya tak berhenti di sana. Otoritas menjerat seniman itu dengan memakai unggahan lamanya di akun Facebook yang mengkritisi Pasal 112 dalam undang undang yang diketahui sebagai lese majeste atau penghinaan terhadap raja itu. Dia kemudian ditahan, pasal tersebut diketahui ancaman hukumannya bisa hingga 15 tahun penjara.

Aksi seniman tersebut hanya salah satu wujud transformasi di Thailand sejak Pemilu 2019 lalu. Generasi pada saat ini mempertanyakan dan menantang kemapananan konservatisme politik yang dipegang oleh monarki yang terakhir menobatkan raja berusia 70 tahun yakni Maha Vajiralongkorn.

Diketahui kritik dan antirezim pemerintah Thailand dahulu hanya dilakukan secara diam-diam. Namun menjelang pemilu 14 Mei, berbagai kalangan masyarakat semakin berani dan terbuka menyuarakan pilihan dan kemuakan terhadap rezim monarki dan militer di negara itu.