Amblesnya IHSG yang begitu dalam merupakan efek secara langsung dari turunnya sejumlah saham Big Caps. Berikut selengkapnya berdasarkan data Bloomberg.
- Bank Mandiri (BMRI) menekan 17,98 poin
- Barito Renewables Energy (BREN) menekan 17,45 poin
- Bank Central Asia (BBCA) menekan 9,82 poin
- Telkom Indonesia (TLKM) menekan 6,98 poin
- Amman Mineral Internasional (AMMN) menekan 6,44 poin
- Pantai Indah Kapuk Dua (PANI) menekan 5,31 poin
- Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menekan 4,64 poin
- GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) menekan 2,21 poin
- Kalbe Farma (KLBF) menekan 1,85 poin
- Indofood Sukses Makmur (INDF) menekan 1,57 poin
Adapun saham-saham properti lain juga jadi pendorong pelemahan IHSG, saham PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK) drop 13%, saham PT Bumibenowo Sukses Sejahtera Tbk (BBSS) ambles 5,4% dan saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) juga terjebak di zona merah dengan ambles 4,8%.
Disusul oleh pelemahan saham energi saham PT Petrosea Tbk (PTRO) yang terjun bebas 6,31%, saham PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) anjlok 4,11%, dan saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang melemah 3.48%.
Ambrolnya IHSG siang hari ini terseret sentimen dari global. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif umum sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko serta 10% untuk barang-barang dari China. Kebijakan ini memicu ancaman balasan dari negara-negara yang terdampak.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, ketegangan perdagangan yang meningkat dengan cepat mendorong investor beralih ke aset-aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampaknya terhadap inflasi dan kebijakan Bank Sentral.
“Pasar harus secara struktural dan signifikan memperhitungkan kembali risiko perang dagang,” tulis George Saravelos, Kepala Riset Valas Deutsche Bank, dalam sebuah catatan kepada kliennya.
Lanskap ketegangan yang meruyak di hampir semua pasar keuangan di dunia, sentimen risk-off menjalar juga di pasar dalam negeri hari ini.

Risk-off berarti investor dan trader menghindari aset-aset yang lebih berisiko seperti saham, juga mata uang dengan yield tinggi dan risiko lebih tinggi seperti valuta emerging market.
Dampak ini mungkin tidak terasa secara langsung, tetapi dalam jangka menengah hingga panjang daya beli masyarakat diperkirakan akan tertekan, kata James Knightley, Kepala Ekonom internasional ING, dalam sebuah catatan analis.
Negara-negara itu tak terima dengan perlakuan Trump dan bersiap membalas dengan pengenaan tarif yang sama. China juga berniat membawa masalah perang tarif itu ke World Trade Organization (WTO) yang mengatur perdagangan global.
“Merespon kebijakan tersebut, Kanada mengenakan tarif balasan, sementara Meksiko mengatakan akan mengeksplorasi pungutan terhadap impor dari AS. Pemerintah China, sementara itu, mengatakan akan mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO),” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
(fad)