Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menanggapi pembekuan pasokan obat-obatan untuk HIV, malaria, dan tuberkulosis (TBC) yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap negara-negara berpenghasilan rendah. Lantas, bagaimana dampaknya bagi Indonesia?
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, menyatakan bahwa pihaknya saat ini masih mengkaji terkait dampak kebijakan tersebut terhadap Indonesia.
"Sambil menunggu kebijakan resmi pemerintah USA yang disampaikan kepada seluruh negara melalui jalur resmi diplomatik," ujar Aji melalui keterangan tertulisnya, Jumat (31/01/2025).
Aji menjelaskan bahwa Indonesia dan Amerika Serikat memiliki kerja sama bilateral yang erat, khususnya dalam penanganan penyakit infeksi seperti TBC. Kerja sama ini juga mencakup bidang bisnis, di mana Indonesia mendukung perluasan investasi manufaktur farmasi Amerika di Indonesia. Oleh karena itu, hubungan kawasan dalam bidang kesehatan dengan Amerika Serikat dinilai penting dan harus terus dilanjutkan.
"Indonesia berharap kolaborasi bilateral dengan Amerika Serikat di bidang kesehatan dapat terus dipertahankan dalam penanganan penyakit menular, kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan dan perluasan kerja sama manufaktur Amerika dengan manufaktur di Indonesia,"ujar Aji.
Sementara itu, Kemenkes juga terus mendukung peran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang juga mendapatkan hibah dari Amerika Serikat. Amerika Serikat dan WHO memiliki peranan penting dalam memperkuat arsitektur kesehatan global, terutama setelah pandemi Covid-19. Hal ini juga menjadi fokus Indonesia saat menjabat sebagai Presiden G-20 pada tahun 2022.
Pemerintahan Donald Trump mengambil langkah untuk menghentikan pasokan obat-obatan untuk HIV, malaria, dan tuberkulosis (TBC), serta pasokan medis untuk bayi baru lahir di negara-negara yang didukung oleh USAID di seluruh dunia.
Pemerintahan Donald Trump memutuskan untuk menghentikan pasokan obat-obatan untuk HIV, malaria, dan TBC, serta pasokan medis untuk bayi baru lahir di negara-negara yang mendapatkan dukungan dari USAID. Laporan Reuters menyebutkan bahwa kontraktor dan mitra yang bekerja dengan USAID mulai menerima pemberitahuan untuk menghentikan pekerjaan mereka pada Selasa (28/01/2025). Kebijakan ini merupakan bagian dari pembekuan bantuan dan pendanaan AS yang diberlakukan sejak Trump menjabat pada 20 Januari, sementara program-program tersebut sedang ditinjau.
Salah satu memo yang diterima dikirimkan kepada Chemonics, sebuah perusahaan konsultan besar asal AS yang bekerja dengan USAID dalam pasokan obat-obatan untuk berbagai kondisi di seluruh dunia. Memo tersebut mencakup pekerjaan perusahaan ini untuk HIV, malaria, dan tuberkulosis, serta pasokan kontrasepsi dan kesehatan ibu dan anak, menurut sumber dari USAID dan mantan pejabat USAID.
(dec/del)