Logo Bloomberg Technoz

Pemerintah berupaya mengembalikan momentum pertumbuhan pada tahun ini dengan menargetkan ekspansi minimal 6%, sambil tetap menjaga stabilitas harga. "Kami berharap dapat mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dengan tetap memprioritaskan stabilitas harga," ujar Rosemarie Edillon, Wakil Menteri di Badan Perencanaan Ekonomi Filipina, dalam konferensi pers.

Data terbaru ini juga meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Bank Sentral Filipina (BSP), terutama karena inflasi mulai mereda. Namun, para pembuat kebijakan bersikap lebih berhati-hati terhadap risiko tarif impor yang meningkat serta kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan Donald Trump.

"Kami berharap tingkat suku bunga yang ada dapat mendukung pertumbuhan," kata Edillon, seraya menambahkan bahwa keputusan akhir tetap berada di tangan otoritas moneter.

Pada tahun lalu, BSP telah memangkas suku bunga acuan sebesar 75 basis poin sejak Agustus seiring meredanya inflasi, sehingga menurunkan biaya pinjaman ke level terendah dalam dua tahun terakhir. Bank sentral dijadwalkan akan meninjau kebijakan suku bunganya pada 13 Februari mendatang.

Gubernur BSP Eli Remolona sebelumnya menyatakan bahwa Filipina masih memiliki "ruang untuk melonggarkan" kebijakan moneter, mengingat suku bunga pinjaman sebesar 5,75% masih tergolong restriktif.

Sementara itu, Menteri Keuangan Ralph Recto memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga tahun ini mungkin akan lebih sedikit dibandingkan tahun 2024, mengingat ketidakpastian terkait tarif impor AS dan dampaknya terhadap inflasi.

"Pertumbuhan PDB yang lebih rendah dari perkiraan menunjukkan bahwa BSP bisa mempertimbangkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut untuk mendukung momentum pertumbuhan, terutama karena inflasi diperkirakan tetap berada dalam target," kata Nicholas Mapa, ekonom di Metropolitan Bank & Trust Co, Manila.

Menanggapi laporan ini, nilai tukar peso terhadap dolar menguat 0,1%, sementara indeks utama bursa saham Filipina melemah 0,3%.

(bbn)

No more pages