Namun, retorika Trump sejalan dengan sikapnya yang semakin percaya diri, merasa memiliki mandat penuh setelah memenangkan suara populer dan elektoral untuk masa jabatan kedua.
Jika pendekatan kebijakan luar negeri Trump pada masa jabatan pertama dianggap “mengganggu” dunia, kali ini ia tampaknya membawa hal tersebut ke level baru, bahkan sebelum masa jabatan kedua dimulai.
Pendekatan maksimalis ini tampaknya sesuai dengan presiden yang secara terbuka mengagumi para otokrat, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping.
Apakah ada strategi di balik langkah ini masih menjadi pertanyaan terbuka.
“Saya tidak akan berani menilai apakah dia hanya mencari perhatian atau benar-benar menganggap kebijakan ini realistis,” kata Kori Schake, Direktur Pertahanan dan Kebijakan Luar Negeri di American Enterprise Institute. “Namun, saya rasa dia memang percaya dengan apa yang dia katakan.”
Sejak 1947, tidak ada presiden AS yang berhasil memperluas wilayah Amerika. Saat itu, Presiden Harry Truman mengambil alih beberapa gugus pulau kecil di Pasifik dari Jepang pasca-Perang Dunia II.
Di tengah konferensi pers, Trump memanggil utusan khusus Timur Tengah yang ditunjuknya, investor properti dan sahabatnya Steve Witkoff, ke atas panggung.
“Jika sandera tidak dibebaskan sebelum saya menjabat, kekacauan besar akan terjadi di Timur Tengah,” tegas Trump.
Witkoff mengatakan ia akan berangkat ke kawasan tersebut Selasa malam dan menyebut negosiasi sudah dimulai. Ia berharap pada saat pelantikan nanti, ada pengumuman positif yang bisa disampaikan atas nama presiden.
Sementara itu, terkait Greenland, putra Trump, Donald Jr, melakukan perjalanan singkat ke Nuuk, ibu kota wilayah tersebut. Ia ditemani Sergio Gor, kepala staf kepresidenan yang ditunjuk Trump, dan podcaster sayap kanan Charlie Kirk.
Beberapa anggota kelompok itu mengenakan jaket “Trump Force One” dengan nama mereka terbordir di bagian dada. Dalam pertemuan dengan penduduk Nuuk, Donald Jr menghubungi Trump melalui telepon agar berbicara langsung dengan mereka.
“Kita butuh keamanan, negara kita membutuhkannya, dan dunia juga membutuhkannya,” ujar Trump kepada kelompok tersebut. “Lokasi kalian sangat strategis.”
Tanggapan pun segera bermunculan.
“Pesan saya untuk Presiden Terpilih Trump: Kanada tidak akan pernah menjadi negara bagian ke-51 AS,” kata Pierre Poilievre, politisi konservatif Kanada yang berpotensi menjadi perdana menteri, dalam sebuah video di media sosial X. Perdana Menteri Justin Trudeau juga menulis di Twitter bahwa “tidak ada peluang sedikit pun bagi Kanada menjadi bagian dari AS.”
Di Denmark, Perdana Menteri Mette Frederiksen menolak keinginan Trump untuk menguasai Greenland, tetapi menyerukan hubungan yang lebih erat antara kedua negara.
Menurut Vali Nasr, profesor hubungan internasional di Universitas Johns Hopkins, respons para pemimpin seperti Poilievre dan Frederiksen menunjukkan bagaimana Trump sudah membentuk narasi sesuai dengan kehendaknya.
“Dia menunjukkan bahwa dirinya tidak terikat oleh aturan main yang ada,” kata Nasr. “Ya, dia mengganggu negara-negara ini, tetapi dia juga mengganggu tatanan yang sudah mapan, dan itu selalu memancing reaksi dari mereka.”
Pelantikan Donald Trump akan dilaksanakan pada hari Senin, 20 Januari 2025, di Bagian Depan Barat Gedung Kapitol, Washington, D.C., Amerika Serikat.
(bbn)































