Heejin Kim - Bloomberg News
Bloomberg, Korea Selatan (Korsel) berencana meninjau ulang dinding beton yang berada tepat di ujung landasan pacu Bandara Internasional Muan. Hal ini menyusul pesawat yang mencoba mendarat darurat menabrak beton tersebut lebih dari seminggu lalu, menewaskan hampir semua orang di dalamnya.
Pihak berwenang akan mengubah semua struktur beton di bandara-bandara lokal yang dirancang untuk mendukung localiser, alat yang dipasang pada tiang di ujung landasan pacu untuk memandu pendaratan pesawat, kata Menteri Transportasi Sangwoo Park dalam jumpa pers hari ini (7/1/2025).
"Tidak peduli bagaimana tembok tersebut sesuai dengan peraturan atau tidak, kami akan segera memperbaikinya dengan cara yang lebih mempertimbangkan keselamatan," kata Park. Ia tidak memberikan rincian tentang bagaimana pemerintah akan melakukan perubahan tersebut.
Pejabat transportasi Korsel sebelumnya mengatakan peralatan itu dibangun sesuai dengan aturan setempat. Keputusan ini diambil saat otoritas berusaha meyakinkan para pelancong tentang keselamatan penerbangan setelah kecelakaan pesawat Jeju Air Co Ltd 2216 menewaskan 179 orang pada 29 Desember 2024 lalu.
Keputusan untuk mengubah infrastruktur bandara merupakan tindakan pertama yang diumumkan pemerintah Korsel sejak tragedi tersebut terjadi.

Kecelakaan mematikan pesawat Boeing Co 737-800, pendahulu 737 Max, di Bandara Internasional Muan hanya menyisakan dua orang yang selamat. Pesawat itu mencoba mendarat darurat tanpa roda pendaratan, tergelincir dan meledak setelah menabrak struktur beton. Kecelakaan ini terjadi beberapa menit setelah menara pengawas bandara memperingatkan pilot akan adanya risiko tabrakan burung.
Saat pejabat Korsel menyelidiki kecelakaan tersebut, sebagian fokus mereka tertuju pada gundukan beton di ujung landasan pacu. Negara-negara lain juga menggunakan antena jenis yang sama untuk memandu pesawat yang datang. Antena ini dirancang agar mudah patah untuk menghindari benturan fatal, seperti yang dialami pesawat Jeju Air.
Polisi Korsel menggerebek dan menggeledah kantor-kantor dan bandara Muan pekan lalu setelah para ahli mempertanyakan desain lapangan terbang bandara tersebut, terutama tanggul yang terbuat dari beton.
Tim investigasi gabungan tersebut juga melibatkan para ahli dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan Boeing.
Lee Seung-yeol, pemimpin tim investigasi, dalam jumpa pers mengatakan bahwa produsen mesin pesawat, perusahaan patungan antara General Electric Co dan Safran SA, menemukan bulu di salah satu dari dua mesin pesawat. Tim masih mencari tahu jenis burung yang menabrak pesawat dan apakah mesin kedua juga mengalami sambaran burung.
Para pejabat berencana membagikan beberapa transkrip perekam suara kokpit yang diambil dari reruntuhan pesawat. Perangkat tersebut berisi rekaman komunikasi pilot dan suara mesin selama dua jam terakhir.
Bukti penting lainnya, perekam data penerbangan yang melacak parameter penting penerbangan seperti ketinggian, rute, dan mesin saat sistem tenaga menyala, telah dikirim ke AS untuk diperbaiki.
Para penyelidik mengatakan mungkin diperlukan waktu setidaknya seminggu untuk mengunduh, mendekode, dan menganalisis data dari perekam tersebut.
Lee mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan tersebut dan tim akan menunggu data dari kedua perekam itu untuk membuat keputusan.
Lee menambahkan, pada tahap investigasi ini, mereka berasumsi bahwa tabrakan burung terjadi setidaknya pada salah satu mesin, berdasarkan rekaman video yang dibagikan oleh publik, meskipun mereka belum menyimpulkan tabrakan burung itu juga menyebabkan mesin mati.
(bbn)