Bloomberg Technoz, Jakarta - Emiten di sektor energi, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memastikan terlambat menyampaikan laporan keuangan kuartal I-2023. Keterlambatan ini bukan akibat adanya masalah, namun terkait rencana yang akan dilakukan ke depan.
"Merujuk kepada Peraturan Bursa No. I-E tentang Kewajiban Penyampaian Informasi, dengan ini disampaikan bahwa perseroan akan melakukan audit pada laporan keuangan kuartal I periode 31 Maret 2023. Audit laporan keuangan interim ini dilaksanakan dalam rangka persiapan aksi korporasi perseroan," terang David Kosasih, Direktur & Sekretaris Perusahaan BRPT dalam keterangan resmi, Selasa (2/5/2023).
Belum dijelaskan terkait aksi korporasi apa yang akan dilakukan oleh perusahaan milik penguaha Prajogo Pangestu tersebut.
Terakhir kali BRPT melakukan aksi korporasinya adalah di awal tahun ini. Perusahaan melakukan penawaran awal Obligasi Berkelanjutan III BRPT Tahap I Tahun 2023 pada 11 Januari-24 Januari 2023.
Nilai emisi obligasi itu Rp1 triliun, yang merupakan bagian dari Obligasi Berkelanjutan III senilai Rp3 triliun. Emisi tahap I terdiri dari tiga seri.
Seri A memiliki nilai pokok Rp52,52 miliar dengan kupon 8,25%. Tenor selama tiga tahun.
Seri B memiliki nilai pokok Rp821,86 miliar dengan kupon 9,25% dan tenor selama lima tahun.
Seri C bertenor tujuh tahun. Nilai emisi Rp125,61 miliar dan kupon 10,51%.
Obligasi tersebut kemudian dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Februari 2023.
Kinerja Keuangan Turun
BRPT mengalami penurunan pendapatan 6,15% menjadi US$ 2,96 miliar sepanjang tahun 2022 sementara pada periode sama 2021 lalu sebesar US$ 3,15 miliar.
Merujuk laporan keuangan BRPT, beban pokok penjualan BRPT naik 6,11% menjadi US$ 2,52 miliar dibandingkan dari tahun sebelumnya 2021 sebesar US$ 2,37 miliar.
Kenaikan beban pokok penjualan tersebut membuat BRPT mencatatkan penurunan laba kotor sebesar US$ 455 juta, atau turun 43,21% dari tahun sebelumnya 2021 sekitar US$ 784 juta.
BRPT mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 1,75 juta atau turun 98,38% dari periode yang sama tahun sebelumnya 2021 sebesar US$ 109,11 juta.
(dhf)