Bloomberg Technoz, Jakarta – PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) melalui anak usaha PT Bumi Suksesindo (BSI) mengatakan bakal memiliki tambang tembaga terbesar ke-3 di Indonesia—setelah miik PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) — melalui proyek tembaga Tujuh Bukit di Banyuwangi, Jawa Timur, yang saat ini masih dalam fase praproduksi.
General Manager Communications MDKA Tom Malik mengatakan tambang tersebut berpotensi meningkatkan produksi tembaga Indonesia dalam rentang 10% sampai 15%.
“Apabila beroperasi, proyek tembaga Tujuh Bukit akan menjadi tambang tembaga ke-3 terbesar di Indonesia dan berpotensi meningkatkan produksi tembaga Indonesia 10%—15%,” ujar Tom kepada Bloomberg Technoz, Jumat (11/10/2024).
Dilansir melalui situs resmi, per Maret 2024, Mineral Resources Estimate (MRE) terbaru dari proyek ini melaporkan peningkatan jumlah sumber daya mineral terindikasi.

Total kandungan sumber daya mineral proyek ini meningkat dari 1.706 juta ton menjadi 1.738 juta ton, dengan peningkatan pada sumber daya mineral terindikasi dari 442 juta ton menjadi 755 juta ton.
Dengan demikian, dari yang semula mengandung 8,1 juta ton tembaga dan 27,4 juta ons emas, proyek tembaga Tujuh Bukit saat ini mengandung 8,2 juta ton tembaga dan 27,9 juta ons emas.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi konsentrat tembaga sebesar 3,32 juta metrik ton (MT) pada 2022.
Sejak 2018, MDKA telah menginvestasikan US$200 juta (atau setara Rp3,11 triliun asumsi kurs saat ini) untuk studi kelayakan yang terperinci, termasuk eksplorasi sepanjang 1.890 meter, pengeboran untuk mendefinisikan sumber daya, pemodelan geologi, studi teknis, dan studi prakelayakan atau prefeasibility study (PFS) yang rampung pada Mei 2023.
PFS tersebut menegaskan manfaat ekonomi yang tinggi untuk pengembangan tambang bawah tanah ini, yang berumur panjang dan signifikan secara global dengan pendekatan bertahap.
Pada puncak produksinya, Proyek Tembaga Tujuh Bukit akan memproses 24 juta ton bijih per tahun untuk menghasilkan lebih dari 110.000 ton tembaga dan 350.000 ounces emas per tahun selama lebih dari 30 tahun.
Saat ini, MDKA fokus mengoptimalkan kinerja dan memulai menyusun bankable feasibility study yang dapat lebih diandalkan.
Optimalisasi tersebut mencakup pengembangan metalurgis untuk meningkatkan perolehan logam yang dapat diekstrak dari bijih, peningkatan kualitas bijih yang ditambang, dan penambangan terbuka untuk bijih tembaga tambahan.
“Proyek tembaga Tujuh Bukit merupakan salah satu cadangan tembaga terbesar yang belum dieksploitasi. Proyek ini berada di bawah tambang emas Tujuh Bukit yang sudah beroperasi sejak 2017 di bawah izin usaha pertambangan [IUP] PT BSI,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Pertambangan Indonesia atau Indonesia Mining Association (IMA) Rachmat Makkasau mengatakan Indonesia dalam waktu dekat bakal memiliki 2—3 tambang tembaga baru yang beroperasi dalam 5 tahun ke depan.
Rachmat mengatakan, dengan 2—3 tambang tembaga tersebut, Indonesia berpotensi meningkatkan pangsa atau share di pasar tembaga dunia menjadi 10% dari saat ini pada level 3%—5%.
“Saat ini Indonesia kalau tidak salah sekitar 3% sampai 5% share untuk tembaga dunia, tetapi kita masih ada beberapa tambang besar yang mungkin akan operasi dalam 5 tahun ke depan dengan potensi produksi dari tambahan 2—3 tambang yang nanti akan beroperasi,” ujar Rachmat dalam agenda BNI Investor Daily Summit, awal pekan ini.
Adapun, Rachmat mengatakan potensi penambahan 2—3 tambang tembaga baru terjadi karena saat ini 3 wilayah dengan cadangan tembaga besar sudah memasuki tahap eksplorasi akhir, yakni; di Tujuh Bukit di Banyuwangi, di Sumbawa milik Sumbawa Timur Mining, dan di Sulawesi milik Gorontalo Minerals.
Tambang Tembaga di RI
Dilansir melalui situs resmi, AMMN melalui Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) mengoperasikan tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Batu Hijau memiliki cadangan 16,6 miliar pon tembaga dan 22,5 juta ons emas.
Sementara itu, PT Freeport Indonesia menambang dan memproses bijih yang mengandung tembaga dan emas di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia.
Dalam sebuah kesempatan, mantan CEO Freeport-McMoRan Inc atau FCX Richard C. Adkerson melaporkan sumber daya bijih dari anak usahanya di Indonesia mencapai 3 miliar ton, tidak termasuk cadangan. Sementara itu, cadangan saat ini dapat ditambang hingga 2052.
(dov/wdh)